Tips Ringan untuk Pecinta Lingkungan

Reboisasi di Bukit Panderman
Bagi penggiat alam bebas dan pecinta lingkungan, “reboisasi” sudah merupakan hal yang umum dan bahkan kita sendiri sering ikut berpartisipasi. Pada saat pelaksanaan kegiatan, terkadang kita larut dalam suasana menyenangkan di alam bebas. Akan tetapi pada saat pulang kerumah mungkin ada terbesit beberapa pikiran dan kekhawatiran…..,

“Apakah tanaman yang saya tanam tadi tumbuh ...? Jangan-jangan besok sudah mati karena layu dan sebagainya ...?“

Perlu diketahui bahwa kegiatan reboisasi mungkin sering dipandang sebagai kegiatan yang cukup simpel namun bermanfaat, padahal jika dikaji, reboisasi merupakan kegiatan yang rumit dimana ada proses pengangkutan (dari tempat pembibitan ke lokasi reboisasi), adaptasi tanaman, kondisi lingkungan, dll.

Untuk memastikan tanaman yang kita tanam bisa tumbuh dengan baik, maka kita perlu membahas beberapa aspek diantaranya :

1. Kondisi Tanaman
Perlu diketahui bahwa disetiap kegiatan reboisasi, hampir 80% bibit yang ada merupakan bibit yang didatangkan dari tempat pembibitan (membeli dari petani lokal), hal ini tentunya melibatkan aspek transportasi dari tempat pembibitan ke lokasi reboisasi. Proses pemindahan tanaman yang terkadang bisa memakan waktu sampai berjam-jam ini dapat memicu stress pada tanaman, yang akibatnya adalah ketahanan tanaman saat ditanam menjadi berkurang, sehingga pada proses penanaman, tanaman tersebut lebih cepat layu. Akan menjadi hal yang sia-sia jika memanam tanaman dalam kondisi tersebut karena kemungkinan kematian akan lebih besar.

Tips untuk mengatasi masalah ini adalah adaptasi tanaman. Diharapkan, panitia reboisasi dapat mengambil langkah bijak dengan mendatangkan tanaman-tanaman tersebut 3 hari lebih awal. Kemudian diberikan perlakuan penyiraman teratur disore hari selama 3 hari berturut-turut.

Jika tanaman masih sangat rentan (tinggi tanaman dibawah 30 cm), diharapkan panitia reboisasi menyiapkan naungan (paranet).

2. Kondisi Lingkungan
Lokasi yang biasanya dijadikan target untuk reboisasi, biasanya merupakan daerah yang tandus, panas, gersang, dll. Untuk daerah seperti itu dapat dipastikan bahwa ketersediaan hara, air, mikrobiologi, kondisi fisik, dan kimiawi tanah berada pada kondisi sangat buruk. Hal ini diawali dari hilangnya vegetasi dilingkungan tersebut, sehingga aktifitas biologi tanah terganggu, kemudian dalam jangka waktu yang singkat aktifitas kimiawi pun akan mengalami ketidak stabilan. Dan jika kondisi ini berlangsung lama, akan menyebabkan kerusakan fisik tanah. Kondisi lingkungan seperti itu tentunya sangat tidak menunjang untuk kegiatan penanaman. Tips untuk mengatasi masalah tersebut adalah pengolahan tanah. Ada 2 tahap untuk trik pengolahan tanah yang mudah :

- Penambahan pupuk organik, diharapkan panitia atau peserta reboisasi menyediakan pupuk kandang yang sudah diolah dari kotoran ternak, yang dapat dibeli dari peternak lokal didaerah tersebut. pupuk kandang tersebut ditabur di setiap titik-titik penanaman sebanyak 500 gr - 1 kg, kegiatan ini dilakukan pada pagi hari, sehari sebelum pelaksanaan reboisasi. Tujuan dari pemberian pupuk kandang adalah untuk penambah nutrisi pada tanaman yang akan ditanam keesokan harinya.

- Bioremediasi Tanah, yaitu perombakan tanah dengan bantuan mikroorganisme saat sinar UV berkurang. Panitia atau peserta reboisasi, diharapkan membawa mikroorganisme perombak tanah (starter) yang dapat dibeli ditoko-toko pertanian seperti EM4, Ecoplant, Moebillin (Merk) atau membeli mikroorganisme biakan murni seperti Trichoderma sp, Bacillus, Lactobacillus, Pseudomonas, Micrococcus, Escherichia, Aerococcus (mikroorganisme) dari Laboratorium universitas setempat. Kemudian bakteri perombak tanah tersebut disemprotkan ke tanah pada sore hari, sehari sebelum pelaksanaan reboisasi. Perlakuan ini dapat memicu tumbuhnya beberapa organisme lain yang menunjang pertumbuhan tanaman dan dapat memperbaiki kondisi fisik tanah walaupun tidak mencapai taraf yang signifikan.

Dari ke dua perlakuan diatas diharapkan agar kondisi tanah (lingkungan) dapat sedikit dioptimalkan, dan dapat menunjang tanaman reboisasi saat ditanam maupun saat tumbuh dan berkembang.

3. Tata Cara Penanaman
Setelah beberapa kegiatan pra-reboisasi telah dilaksanakan, sekarang adalah fase terakhir dimana cara penanaman juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup tanaman. berikut ini akan penulis jabarkan beberapa langkah dalam penanaman :

- Saat membawa tanaman ketitik penanaman, jangan mengangkat tanaman dengan memegang batangnya, hal itu akan merusak perakaran tanaman tersebut. Cara yang tepat adalah pengang pada polibagnya dan angkat tanaman perlahan.

- Membuka polibag saat akan menanam sebaiknya jangan dirobek baik dengan pisau, gunting, atau tangan sendiri. sedikit lakukan pijatan pada bagian-bagian polybag hingga tanahnya sedikit menggembur, kemudian tarik polibag tersebut, hal ini bertujuan mengurangi limbah karena polibag sisa tersebut bisa digunakan kembali.

- Pegang bagian tanah dan perakaran tanaman saat akan memasukkan tanaman kedalam lubang.

- Posisikan tanaman dengan tegak, bisa juga dibantu dengan bambu (lanjaran) yang diikatkan disamping tanaman tersebut agar dapat berdiri tegak.

- Timbun lubang dengan tanah Tanpa menekan tanah tersebut.

- Siram tanaman dengan air yang banyak dan fokuskan pada tanah yang baru ditimbun tadi agar tanah memadat dengan sendirinya.

- Usahakan pelaksanaan kegiatan reboisasi berlangsung pada sore hari sekitar jam 15:00-selesai, hal ini dikarenakan tanaman yang baru saja pindah tanam harus menyesuaikan diri lagi degan lingkungan yang baru (diluar polibag), jika ditanam disiang hari, tanaman akan menghadapi panas terik dan hal itu akan menambah gangguan yang menyebabkan tanaman kesulitan beradaptasi.

Semoga beberapa uraian diatas dapat berguna bagi para penggiat alam dan pecinta lingkungan dalam upaya mewujudkan bumi yang sehat dan nyaman. Salam Lestari…!!!

0 Komentar: