Budidaya Kacang Panjang (Vigna sinensis)



PENDAHULUAN
Tanaman kacang panjang dikenal dalam masyarakat dunia dengan nama Yardlong beans. Tanaman ini diperkirakan berasal dari India dan Cina. Buah tanaman yang berbentuk polong adalah sumber protein, energi dan mineral yang berguna untuk pemenuhan gizi. Kacang panjang membentuk bintil akar yang mampu mengfiksasi nitrogen, sehingga pemupukan N untuk tanaman ini dapat dikurangi. Beberapa jenis kacang panjang yang dibudidayakan adalah:
a.       Kacang panjang tipe merambat, yakni dikenal sebagai kacang panjang biasa. Beberapa varietas unggul, yakni: KP1, KP2, lokal Purwokerto, Super Subang, Usus Hijau Subang, dll;
b.      Kacang panjang tipe tegak, yaitu kacang tunggak atau kacang tolo dan kacang uci atau kacang ondel;
c.       Kacang panjang hibrida, seperti kacang bushitao. Varietas yang dirilis adalah EG BS/2, No. 10/a, 12/a, dll.  

SYARAT TUMBUH
Ø  Tumbuh baik di dataran rendah maupun tinggi (10-1.200 m dpl);
Ø  Tanah banyak mengandung humus dan gembur;
Ø  Menghendaki banyak sinar matahari;
Ø  Keasaman tanah (pH) 5,5-6,5;
Ø  Suhu optimum 18o-32o C.

PEMBIBITAN DAN PENANAMAN
1.      Pembibitan
Kacang panjang diperbanyak dengan biji. Benih unggul bermutu menjadi faktor penentu tingginya produksi. Benih diambil dari tanaman induk yang memenuhi persyaratan; berbuat lebat, pertumbuhannya subur, bebas dari hama penyakit, ditanam berjauhan dengan kacang panjang varietas lain (tidak terjadi persilangan).
Benih yang digunakan harus; masak pohon, sehat, bernas, dan berwarna mengkilap, seragam, murni dan tidak bercampur dengan varietas lain dan bersih dari kotoran. Setiap hektar memerlukan 15-20 kg bersih.
2.      Penanaman
  •  Pengolahan Tanah. Tanah dibersihkan dan diolah, dicangkul dan diratakan. Setelah dicangkul tanah dibiarkan selama 5-7 hari. Kemudian dibuatkan bedengan dengan ukuran lebar 100 cm, tinggi 30 cm dan parit diantara bedengan selebar 30 cm. Panjang bedengan 5 m atau disesuaikan dengan keadaan lahan. Pada saat pembuatan bedengan diberikan pupuk kandang atau kompos dengan dosis 20 ton/Ha atau 30 kg/10 m2;
  •  Penanaman. Untuk mempercepat perkecambahan, benih direndam lebih dahulu dalam air selama 3-4 jam. Benih ditanam dengan cara tugal sedalam 4-5 cm dengan jarak tanam 20 x 50 cm atau 30 x 40 cm. Setiap lubang tanam berisi 2 biji, lubang tanam ditutup dengan lapisan tanah tipis. Pada saat tanam sekaligus diberikan pupuk dasar berupa 150 kg urea + 120 kg SP36 + 100 kg KCl per hektar atau 150 gram Urea + 120 gram SP36 + 100 gram KCl untuk bedengan seluas 10 m2. Pupuk diberikan secara tugal atau garitan di samping lubang tanam sejauh 7 cm;
  • Penyulaman. Benih yang tidak tumbuh setelah 3-5 hari, agar segera disulam dengan benih yang telah disiapkan. Benih yang terlambat disulam menyebabkan tanaman tidak seragam;
  •  Pemasangan ajir/turus/lanjaran. Tanaman kacang panjang memerlukan tempat merambat ajir/turus sepanjang 150-200 cm dari batang kayu atau belahan bambu dengan lebar 2-3 cm, pemasangan dilakukan setelah tinggi tanaman mencapai kira-kira 25 cm. Untuk memperkuat kedudukan ajir, ujung atasnya perlu diikat berhadapan dan dipasangkan kayu melintang sepanjang ukuran bedengan;
  • Pemangkasan. Kacang panjang yang terlalu rimbun perlu diadakan pemangkasan daun maupun ujung batangnya sehingga dapat meningkatkan produksi polong.;
  • Pemupukan. Pupuk susulan diberikan 4 minggu setelah tanam berupa 150 kg Urea/Ha atau 150 gram untuk bedeng seluas 10 m2;
  • Penyiangan. Penyiangan dilakukan 2-3 kali dalam 1 musim tanam, dimana setiap kali menyiang dilakukan pertumbuhan terhadap tanaman.

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT
  • Hama Lalat Kacang (Ophiomya phaseoli Tryon). Gejala serangan terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan tanaman terhambat, daun kekuningan, pangkal batang membengkak. Pengendalian dengan cara pergiliran tanaman yang bukan famili kacang-kacangan, dan penyemprotan dengan insektisida Orthene 75 SP 1 cc/l air;
  • Kutu Daun (Aphis cracivora Koch). Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan dapat berperan sebagai vector virus. Kutu menghisap cairan tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terhambat, dan penurunan hasil panen. Pengendalian dengan pergiliran tanaman dan pemberian insektisida Furadan 3 G pada saat tanam;
  • Ulat Grayak (Spodoptera litura F). Daun berlubang dengan ukuran tidak pasti, serangan berat pada musim kemarau, juga menyerang polong. Pengendaliannya berupa rotasi tanaman, penanaman serentak dan penyemprotan insektisida Suoricide 0,1-0,2%;
  • Penyakit Antraknose. Penyebabnya jamur Colletotricum lindemuthianum, menyerang bibit yang baru kecambah seperti kanker pada batang dan keping biji. Pengendaliannya berupa pergiliran tanaman, perlakuan benih sebelum tanam dengan fungisida Dithane M-45 sesuai dosis anjuran;
  • Penyakit Sapu. Penyebabnya virus Cowpea Witches-broom Virus Cowpea stunt virus. Virus ditularkan oleh kutu daun. Gejala serangan pertumbuhan tanaman terhambat, ruas-ruas batang sangat pendek, tunas ketiak memendek dan membentuk “sapu”. Pengendaliannya penggunaan varietas tahan, penyemprotan untuk kutu daun dengan insektisida efektif dan pergiliran tanaman. Tanaman yang terserang sebaiknya dicabut dan dibakar agar tidak menular ke tanaman yang lain;
  • Penyakit Layu Bakteri. Penyebabnya bakteri Pseodomonas solanaccarum E.F. Gejalanya tanaman mendadak layu dan mati. Pengendaliannya dengan rotasi tanaman, perbaikan drainase dan memusnahkan tanaman yang terserang untuk menghindari penularan ke tanaman sehat.

PANEN
Tanaman siap panen pada umur 3 ½ - 4 bulan. Polong siap dipanen pada ukuran maksimal, mudah patah, biji di dalam belum menonjol. Waktu panen yang baik pada pagi dan sore hari. Pada tanaman yang subur potensi produksi dapat mencapai 2 ton/hektar.

0 Komentar: