Teh selama ini memang lebih berfungsi sebagai salah satu bahan perasa minuman. Karena memiliki manfaat, terutama untuk kesehatan, teh menjadi minuman favorit di berbagai belahan dunia. Sejatinya, teh tak hanya digunakan untuk minuman. Semua bagian tanaman teh, kini bisa digunakan sebagai bahan-bahan kosmetik. Teh juga bisa bermanfaat untuk perawatan gigi, kulit, dan rambut. Sekarang, tak aneh lagi menemukan teh yang digunakan untuk lotion, krim antiseptik, produk perawatan rambut seperti shampo atau kondisioner, perawatan mulut seperti pasta gigi, obat kumur, dan pelindung bibir, deodoran, produk pembersih seperti sabun. Dia juga jadi campuran alat pembersih kulit, perawatan tubuh, perawatan kaki, produk pelindung tubuh dari sengatan matahari atau yang diperlukan selama perjalanan.
Beragam manfaat tersebut tentu tak lepas dari keberadaan senyawa-senyawa dan sifat-sifat yang ada pada daun teh. Setidaknya terdapat 450 senyawa organik dan lebih dari satu senyawa anorganik bisa ditemukan dalam daun teh. Menurut Tea Board India, dalam secangkir teh terkandung energi sekitar 4 kkal, di samping flour, mangan, vitamin B kompleks, asam nikotinat, dan asam pantotenat.Kandungan ini membuat konsumsi teh per kapita menjadi sangat tinggi. Karena kandungan senyawa tersebut, terutama kandungan katekinnya, teh tampaknya dapat disebut minuman fungsional. Beberapa kenyataan yang dibuktikan melalui penelitian antara lain (Oguni, 1996) sebagai berikut;
- Teh akan meningkatkan sistem pertahanan biologis tubuh terhadap kanker.
- Teh mencegah timbulnya penyakit, seperti mengendalikan diabetes dan tekanan darah tinggi.
- Teh membantu penyembuhan penyakit, misalnya mencegah peningkatan kolesterol darah.
- Teh dapat mengatur gerak fisik tubuh dengan mengaktifkan sistem saraf karena kandungan kafeinnya.
- Katekin teh merupakan antioksidan yang kuat dan akan menghambat proses penuaan.
Karena kelima fungsi yang harus dipenuhi oleh makanan fungsional ada dalam teh, maka potensi teh menjadi minuman fungsional tampaknya tidak diragukan lagi. Dan karena kondisi tanah dan iklim lingkungannya, hampir 100% tanaman teh di Indonesia adalah C. Sinensis varietas assamica . Pucuk teh yang dihasilkan tanaman tersebut 80% diolah menjadi teh hitam, sedangkan sisanya diolah menjadi teh hijau. Teh hitam terutama diproduksi oleh perkebunan besar negara dan sebagian perkebunan besar swasta, sedangkan teh hijau terutama diproduksi oleh pabrik teh swasta yang menerima pasokan bahan baku dari perkebunan teh rakyat. Sebagian perkebunan besar swasta juga memproduksi teh hijau. Hampir seluruh produksi teh hitam Indonesia diekspor dan sebaliknya hampir seluruh teh hijau dikonsumsi di dalam negeri setelah diolah lanjut menjadi teh wangi . Beberapa tahun terakhir teh hijau pun sudah memasuki pasar ekspor.
Teh merupakan minuman yang populer di Indonesia. Konsumsi teh di Indonesia mencapai 0,8 kg per kapita per tahun. Sayangnya, angka itu masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar keenam di dunia.
Syarat Tumbuh
Secara umum, tanaman teh dapat tumbuh pada kisaran suhu udara 28-30oC dan untuk pertumbuhan optimumnya pada suhu tanah berkisar 20-25oC. Suhu haruslah berada pada kisaran normal selama 6 bulan setiap tahunnya. Tingginya curah hujan dan kelembaban relatif juga sangat dibutuhkan dan pada kebun-kebun teh umumnya memiliki curah hujan rata-rata sebesar 1800 mm untuk setiap tahunnya. Tanaman teh juga dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, yang dibentuk dari berbagai batu induk dalam berbagai kondisi klimatik.
PEMBAHASAN
Ketinggian tempat yang ideal untuk tanaman teh yaitu sekitar 800-1100 m dpl. tetapi jika terlalu tinggi dan melebihi 1200 m dpl maka akan kurang baik. Sebab pertumbuhan dari pohon teh itu sendiri akan menjadi lambat. Di daerah-daerah yang rendah umumnya tanaman teh juga kurang dapat memberi hasil yang cukup tinggi (Wahyu Mulyana 1983). Walaupun sebenarnya tanaman teh juga dapat tumbuh baik pada ketinggian sekitar 800 - 2.000 m dpl, tergantung pada iklim mikro wilayah tersebut. Pohon teh yang sangat baik bila ditanam didaerah yang mempunyai ketinggian sekitar 800-1100 m dpl, karena pada ketinggian tersebut tanaman mampu menyerap sinar matahari sesuai kebutuhannya dalam melakukan proses fotosintesis.
Pada wilayah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan berpengaruh terhadap cahaya matahari yang diterima oleh tanaman teh tersebut. Pada daerah yang terlalu tinggi maka cahaya matahari yang diterima oleh tanaman semakin sedikit, sehingga proses fotosintesis kurang bisa maksimal. Untuk itu dalam hal ini perlu dilakukan upaya yang salah satunya yaitu pemangkasan, yang bertujuan mengurangi organ tanaman. Dengan demikian proses penggunaan bahan makanan pada tanaman dapat ditekan seminimal mungkin.
Daerah berbukit atau bergelombang dengan kemiringan 15-40% merupakan lahan yang tergolong curam dan kurang efektif dalam pembudidayaan teh, hal ini karena akan mempengaruhi produktivitas akibat unsur hara yang sulit dijerap oleh tanaman, run off, serta berpotensi untuk longsor. Kondisi wilayah dengan kemiringan 15-40% perlu diatasi untuk mengindari run off, longsor, erosi, dsb maka perlu dibuat terasering pada daerah tersebut dan diperhatikan pemeliharaanya. Kemudian membuat rorak-rorak agar air yang mengalir di permukaan tanah dapat tertampung untuk selanjutnya melalui lubang rorak itu air masuk kedalam tanah untuk menghindari erosi dan mempercepat pelapukan bahan organik.
Penambahan pohon pelindung yang besar juga bisa digunakan dalam mengatasi kemiringan lahan yaitu sistem perakarannya yang besar akan mampu mengikat partikel tanah pada lahan yang miring mampu mencegah adanya longsor atau erosi. Kemiringan lahan juga akan mempengaruhi jumlah populasi penanaman pada tanaman teh. Pada daerah miring/berbukit tanaman teh ditanam dengan pola tanam kontur dengan barisan tanam memotong arah kemiringan, jarak tanam antar barisan minimal 120 cm dan jarak tanam dalam barisan 60 cm. Hal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan tanaman teh yang dibudidayakan dengan meghindari terjadinya erosi. Misalnya seperti sabuk gunung yang bentuknya melingkar memotong arah kemiringan. Dengan seperti ini maka aliran unsur hara dari dapat bisa diterima oleh barisan tanaman dibawahnya.
Jenis tanah grumusol dengan pH 6,5 merupakan pH yang kurang sesuai dengan pertumbuhan tanaman teh, karena tanaman teh cocok tumbuh dengan pH 4,5-5,5. (Asam). Kemudian tanah grumusol sendiri merupakan tanah yang kurang baik bagi tanaman teh jenis tanah ini di dominasi oleh kandungan liat. Struktur tanah yang liat ini membuat akar tidak bisa menembus tanah secara leluasa. Maka kalau ditanah liat pohon teh sering mati kekeringan dan kalaupun dimusim penghujan ditanah liat maka pohon teh tersebut akan menderita karena tanahnya menjadi becek sekali. Lapisan top soil kurang dari 5 cm, berarti tanah tersebut merupakan miskin bahan organik dan tergolong kurang subur.
Tanah yang mempunyai kedalaman efektif (effective depth) dan berstruktur re¬mah lebih dari 40 cm. Tanah grumosol umumnya memilki pH mendekati netral, sedangkan tanaman teh cocok tumbuh dengan pH 4,5-5,5. Oleh karena itu pada tanah janis grumusol ini perlu dilakukan beberapa alternatif, yaitu penambahan bahan organik dan belerang. Penambahan belerang sendiri disini fungsinya yaitu untuk pengasaman yaitu membuat tanah yang basa atau netral menjadi lebih asam. Selain itu penambahan belerang juga dapat mematikan penyakit dan jamur di dalam tanah.
Tanaman teh akan baik sekali tumbuh pada tanah yang gembur, tanah yang mudah menghisap air dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Jenis tanah grumusol merupakan jenis tanaman yang kurang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh, karena struktur tanahnya yang cenderung liat. Struktur tanah yang liat ini membuat tidak bisa ditembus oleh perakaran tanaman teh sampai jauh kedalam tanah, selain itu struktur liat partikelnya sangat kuat dalam menjerap air maupun nutrisi.
Kemudian untuk upaya konservasi lahan dapat dilakukannya Penanaman LCC untuk memperbaiki dan menambah kesuburan lahan untuk budidaya tanaman teh. Hal ini karena tanaman legum ini akan dapat mengambil unsur N langsung dari udara dengan perantaraan bakteri yang tumbuh diperakarannya. Dengan LCC ini juga mampu memperbaiki struktur tanah karena dari proses pelapukan organ tanaman ini akan memperkaya material organik di permukaan tanah (top soil).
KESIMPULAN
Proses budidaya Teh Organik merupakan budidaya yang menggunakan bahan-bahan organik atau bahan-bahan yang keberadaannya secara alamiah pada semua tahap kegiatan; mulai dari penyiapan lahan, pemupukan, pengendalian hama penyakit, pemetikan, dll. Cara-cara bertanam ini bertumpu pada siklus alami. Sehingga nantinya dihasilkan produk Teh Organik yaitu produk teh yang dihasilkan dari budidaya teh secara organik dan telah mendapat sertifikat organik.