PENDAHULUAN
Perkembangan pertanian dewasa ini menunjukkan kemajuan yang semakin pesat. Namun bersamaan dengan itu banyak segi yang secara langsung ataupun tak langsung dapat memacu pertumbuhan gulma, seperti penanaman dalam baris, jarak tanam yang lebar, mekanisasi, pengairan, penggunaan bahan–bahan kimia berupa pupuk dan pestisida. Berarti dengan meningkatnya intensifikasi pertanian maka masalah gulma tidaklah semakin ringan, tetapi justru semakin berat. Keadaan suhu yang relatif tinggi, cahaya matahari melimpah, dan curah hujan yang cukup di daerah tropik, ikut mendorong gulma untuk tumbuh subur. Akibatnya gulma menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perairan, dan lahan non pertanian lainnya.
PENGERTIAN ISTILAH GULMA
Gulma adalah tumbuh-tumbuhan (tidak termasuk jamur) yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi tujuan manusia. Istilah gulma mempunyai pengertian yang sama dengan istilah weed dalam Bahasa Inggris.
Rumusan kerugian yang ditimbulkan dalam definisi gulma tidak terbatas hanya pada produksi tanaman saja, tetapi juga mencakup usaha-usaha manusia lainnya didalam mencapai tujuan, termasuk nilai-nilai estetika.
Tumbuhan yang lazim menjadi gulma mempunyai beberapa ciri yang khusus yaitu :
- Pertumbuhannya cepat
- Mempunyai daya bersaing yang kuat dalam perebutan faktor-faktor kebutuhan hidup.
- Mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim.
- Mempunyai daya berkembang-biak yang besar baik secara generatif, vegetatif atau kedua-duanya.
- Alat perkembang-biakannya mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang.
- Biji mempunyai sifat dormansi yang memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak menguntungkan.
STATUS DAN PENGGOLONGAN GULMA
PENGGOLONGAN GULMA BERDASARKAN STATUSNYA
Status gulma dimaksudkan sebagai istilah rumusan yang menunjukkan potensi suatu jenis gulma dalam menimbulkan kerugian/gangguan atau memberikan keuntungan dalam pengusahaan tanaman.
Status suatu jenis gulma tertentu ditentukan efek yang ditimbulkannya dalam persaingan unsur hara, air dan cahaya, mendorong timbulnya gangguan hama dan penyakit tanaman serta efeknya dalam mengganggu kegiatan eksploitasi dan manajemen tanaman. Jadi status gulma memberikan petunjuk tentang kadar disukai atau tidaknya suatu jenis gulma yang tumbuh di tempat tumbuhnya.
Secara umum status gulma dapat digolongkan menjadi 5 (lima) golongan yaitu :
Golongan A : Pada umumnya bermanfaat.
Golongan B : Pada umumnya kurang merugikan tetapi perlu pengendalian.
Golongan C : Merugikan, bergantung pada keadaan perlu pengendalian.
Golongan D : Merugikan perlu pengendalian atau pemberantasan.
Golongan E : Merugikan perlu pemberantasan.
KARAKTERSITIK GULMA
Dikenal berbagai sistem klasifikasi gulma yang menggambarkan karakteristiknya, seperti kalsifikasi berdasarkan karekteristik reproduksi, bentuk kehidupan, botani dan lain–lain.
Menurut klasifikasi gulma dibedakan menjadi : rumput, teki dan daun lebar. Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan terdiri atas : gulma berkayu, gulma air, gulma merambat termasuk epiphytes dan parasit. Ditinjau dari siklus hidupnya dikenal : gulma semusim, dua musim dan tahunan. Beberapa jenis gulma mungkin termasuk kombinasi dari karakteristik–karakteristik tersebut.
RUMPUT (GRASSES)
Rumput mempunyai batang bulat atau pipih dan berongga. Kesamaannya dengan teki karena bentuk daunnya sama–sama sempit, tetapi dari sudut pengendalian terutama responnya terhadap herbisida berbeda.
Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan dibedakan rumput semusim (annual) dan tahunan (perennial). Rumput semusim biasanya tumbuh melimpah tetapi kurang menimbulkan masalah dibandingkan dengan rumput tahunan. Beberapa spesies rumput semusim mungkin menjadi masalah karena mempunyai habitus yang mirip tanaman, misalnya Echinochloa crusgalli dan Echinochloa colona yang mirip tanaman padi pada stadium awal pertumbuhan. Gulma tahunan yang penting adalah Imperata cylidrica, Saccharum spontaneum, Panicum repens, Paspalum conjugatum (pahitan) dan sebagainya.
Ditinjau dari sudut pengendalian, herbisida yang mampu mengendalikan rumput maupun daun lebar misalnya terbutryne, nitrofen dan glyphosate mampu mengendalikan rumput dan daun lebar sebaik mengendalikan teki.
TEKI (SEDGES)
Teki mempunyai batang berbentuk segi tiga, kadang–kadang bulat dan tidak berongga, daun berasal dari nodia dan warna ungu tua. Gulma ini mempunyai sistem rhizoma dan umbi sangat luas. Sifat yang menonjol adalah cepatnya membentuk umbi baru yang dapat bersifat dorman pada lingkungan tertentu.
Diketahui ada teki semusim seperti Cyperus difformis, Cyperus iria, dan teki tahunan seperti Cyperus esculentus, Cyperus imbricatus, Cyperus rotundus, dan Cyperus cirpus grossus. Ada juga species seperti Fimbrystylis littoralis yang digolongkan sebagai teki semusim maupun tahunan. Species teki yang sangat sulit dikendalikan adalah Scirpus maritimus dan Cyperus rotundus. Glyphosate dan alakhlor adalah salah satu dari sedikit herbisida yang dapat mengendalikan Cyperus rotundus.
GULMA DAUN LEBAR (BROAD LEAVED WEEDDS)
Daun–daun gulma berdaun lebar dibentuk pada meristem apikal dan sangat sensitif terhadap khemikelia.
Pada permukaan daun (terutama permukaan bawah) terdapat stomata yang memungkinkan cairan masuk. Gulma ini mempunyai tunas–tunas pada nodus atau titik memencarnya daun. Tunas–tunas tersebut juga sensitif terhadap herbisida. Meristem apikal dari gulma berdaun lebar adalah bagian batang yang terbentuk sebagai bagian terbuka yang sensitif terhadap perlakuan kimia.
Herbisida yang pertama ditemukan adalah 2,4 D yang merupakan pengendali gulma berdaun lebar. Begitu juga herbisida–herbisida phenoxy yang lain seperti MCPA; MCPB; 2,4–T; 2,4 DB dan sebagainya. Herbisida lain yang bisa digunakan untuk gulma daun lebar antara lain ioxynil; picloram; 2,3,6-TBA; semetryne; thiobencarb dan sebagainya.
GULMA SEMUSIM, DUA MUSIM DAN TAHUNAN (ANNUAL, BIENNIAL, DAN PERENNIAL WEEDS).
Gulma semusim (annual) menyelesaikan siklus hidupnya dalam satu tahun atau satu musim. Ada gulma daun lebar semusim, teki semusim dan rumput semusim. Sebagai contoh adalah Ageratum conyzoides, Cyperus iria, Echinochloa colonum, Leptochloa chinensis dan Rottboellia exaltata.
Gulma biennial memerlukan dua musim pertumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya, biasanya berbentuk roset pada tahun pertama dan pada tahun kedua menghasilkan bunga, memproduksi biji lalu mati. Jenis gulma ini kurang umum dan kurang penting dibanding gulma annual. Dari 567 weed flora (8,7% dari total flora) terdapat 407 species adalah annual, 121 perennial dan hanya 39 species biennial. Beberapa contoh gulma biennial : Daucus carota, Sonchus arvensis, Senecio vulgaris dan Cirsium arvense.
Gulma perennial hidup lebih dari dua tahun dan mungkin dalam kenyataannya hampir tidak terbatas. Beberapa species gulma perennial secara alami berkembang biak dengan biji, tetapi dapat sangat reproduktif dengan potongan batang, umbi, rhizoma, stolon dan daun. Sebagian besar sangat sulit dikendalikan terutama yang mampu berkembang biak secara vegetatif maupun generatif. Stadium bibit mungkin dapat dikendalikan dengan suatu perlakuan, tetapi pada stadium selanjutnya tidak mungkin cukup satu tindakan. Banyak biji dari gulma ini yang mampu dorman beberapa tahun dan tetap viabel. Gulma perennial yang sangat populer dan penting adalah Imperata Cylindrica, Mikania chordata, dan Cyperus rotundus.
Beberapa herbisida utama untuk gulma annual adalah sodium chlorate, propachlor, butachlor dan trifluralin. Sedangkan herbisida yang efektif untuk perennial adalah terbacyl dan herbisida yang efektif untuk annual maupun perennial misalnya profloralin, paraquat dan glyphosate.
GULMA BERKAYU (WOODY WEEDS)
Golongan gulma berkayu mencakup tumbuh-tumbuhan yang batangnya membentuk cabang-cabang sekunder. Gulma berkayu menjadi masalah di perkebunan, kehutanan, saluran pengairan dan padang pengembalaan.
Sistem perbanyakan, produksi biji dan penyebaran efisien, sehingga menjadi masalah penting. Beberapa contoh adalah Melastoma spp., Lantana spp., Acasia spp. dan Cromolaena odorata. Dalam beberapa kasus gulma ini dapat dikendalikan secara manual dan pembakaran, tetapi lebih efektif dengan bahan kimia (orborisida) seperti 2,4,5-T; picloram dan sodium arsenate. Sedangkan secara mekanis menggunakan Buldozer, Brush-ester dan sebagainya.
GULMA AIR (AQUATIC WEEDS)
Tumbuhan air adalah tumbuhan yang beradaptasi terhadap keadaan air kontinyu atau paling tidak toleran terhadap kondisi tanah berair untuk periode waktu hidupnya.
Gulma air diklasifikasikan menjadi gulma marginal (tepian), emergent (gabungan antara tenggelam dan terapung), submerged (melayang), anchored with floating leaves (tenggelam), free floating (mengapung) dan plankton/algae.
Contohnya berturut–turut adalah Mikania spp., Typha spp., Hydrilla verticillata, Nymphaea spp., Pistia stratiotes, dan Microcystis spp.
Gulma air dapat dikendalikan secara manual, mekanis, biologi dan herbisida seperti Achrolein, Ametryn, Bromacil.
GULMA MERAMBAT (CLIMBERS)
Tumbuhan merambat yang berstatus sebagai gulma bisa sangat agresif dan perlu pengendalian. Gulma merambat dapat menimbulkan masalah mekanis seperti Mikania chordata di pertanaman karet dan kelapa sawit atau semi parasit seperti Coscuta campestris dan Cassytha filiformis. Karakternya yang melilit dan memanjat dapat menyebabkan penutupan areal yang luas dengan cepat.
Salah satu dari sejumlah herbisida untuk mengendalikan Coscuta spp. adalah Chloropham, sedangkan Mikania spp dapat dikendalikan dengan 2,4-D Amine; 2,3-D Na dan ioxynil.
GULMA EFIFIT DAN PARASIT
Perambat kadang-kadang juga efifit atau hemiparasit. Beberapa species gulma parasit adalah Viscum album, Dendrophthoe petandra, Arcenthobium oxycentri, Loranthus elasticus, Loranthus longiflorus, Loranthus puheerulenthus, Macrosolen cochinentis, dan Scurula spp. Species-species ini mungkin menjadi parasit pada tanaman atau pepohonan, yang mengakibatkan pepohonan tersebut kehilangan daun karena cabang-cabangnya telah dimatikan oleh parasit tersebut. Beberapa jenis semak parasit yang lain adalah Vaccinium ludicum dan Rhododendron javanicum.
Beberapa species kumbang “scolytid“ merupakan serangga penting yang mengendalikan penyebaran beberapa species Dendrophthoe dan Scurula dengan perusakan deposit biji–bijinya yang dibawa burung. Metode yang dianggap efektif dalam masalah ini adalah memotong secara teratur tumbuhan efifit dan parasit tersebut.
PENGENDALIAN GULMA
Pengertian dari pengendalian gulma (control) harus dibedakan dengan pemberantasan (eradication). Pengendalian gulma (weed control) dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien.
Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan dan atau mengurangi populasinya sampai pada tingkat dimana penurunan produksi yang terjadi tidak berarti atau keuntungan yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin seimbang dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomik atau tidak melampaui ambang ekonomik (economic threshold), sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol.
Sedangkan pemberantasan merupakan usaha mematikan seluruh gulma yang ada baik yang sedang tumbuh maupun alat-alat reproduksinya, sehingga populasi gulma sedapat mungkin ditekan sampai nol. Pemberantasan gulma mungkin baik bila dilakukan pada areal yang sempit dan tidak miring, sebab pada areal yang luas cara ini merupakan sesuatu yang mahal dan pada tanah miring kemungkinan besar menimbulkan erosi. Eradikasi pada umumnya hanya dilakukan terhadap gulma-gulma yang sangat merugikan dan pada tempat-tempat tertentu.
Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok.
Pelaksanaan pengendalian gulma hendaknya didasari dengan pengetahuan yang cukup mengenai gulma yang bersangkutan. Apakah gulma tersebut bersiklus hidup annual, biennial ataupun perennial, bagaimana berkembang biaknya, bagaimana sistem penyebarannya, bagaimana dapat beradaptasi dengan lingkungan dan dimana saja distribusinya, bagaimana bereaksi terhadap perubahan lingkungan dan bagaimana tanggapannya terhadap perlakuan-perlakuan tertentu termasuk penggunaan zat–zat kimia berupa herbisida.
Pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanannya di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis) dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya.
Terdapat beberapa metode/cara pengendalian gulma yang dapat dipraktekkan di lapangan. Sebelum melakukan tindakan pengendalian gulma sangat penting mengetahui cara-cara pengendalian guna memilih cara yang paling tepat untuk suatu jenis tanaman budidaya dan gulma yang tumbuh disuatu daerah.
Teknik pengendalian yang tersedia adalah :
- Pengendalian dengan upaya preventif (pembuatan peraturan/perundangan, karantina, sanitasi dan peniadaan sumber invasi).
- Pengendalian secara mekanis/fisik (pengerjaan tanah, penyiangan, pencabutan, pembabatan, penggenangan dan pembakaran).
- Pengendalian secara kultur–teknis (penggunaan jenis unggul terhadap gulma, pemilihan saat tanam, cara tanam-perapatan jarak tanam/heavy seeding, tanaman sela, rotasi tanaman dan penggunaan mulsa).
- Pengendalian secara hayati (pengadaan musuh alami, manipulasi musuh alami dan pengolahan musuh alami yang ada disuatu daerah).
- Pengendalian secara kimiawi (herbisida dengan berbagai formulasi, surfaktan, alat aflikasi dsb).
- Pengendalian dengan upaya memamfaatkannya (untuk berbagai keperluan seperti sayur, bumbu, bahan obat, penyegar, bahan kertas/karton, biogas pupuk, bahan kerajinan dan makanan ternak).
PENGENDALIAN SECARA PREVENTIF
Tindakan paling dini dalam upaya menghindari kerugian akibat invasi gulma adalah pencegahan (preventif). Pencegahan dimaksud untuk mengurangi pertumbuhan gulma agar usaha pengendalian sedapat mungkin dikurangi atau ditiadakan.
Pencegahan sebenarnya merupakan langkah yang paling tepat karena kerugian yang sesungguhnya pada tanaman budidaya belum terjadi. Pencegahan biasanya lebih murah, namun demikian tidak selalu lebih mudah. Pengetahuan tentang cara-cara penyebaran gulma sangat penting jika hendak melakukan dengan tepat.
A. Peniadaan Sumber Invasi dan Sanitasi
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk meniadakan sumber invasi adalah :
1) Menggunakan biji tanaman yang bersih dan tidak tercampur biji lain terutama biji-biji gulma.
2) Menghindari penggunaan pupuk kandang yang belum matang.
3) Membersihkan tanah-tanah yang berasal dari tempat lain, tubuh dan kaki ternak dari biji-biji gulma.
4) Mencegah pengangkutan tanaman beserta tanahnya dari tempat-tempat lain, karena pada bongkahan tanah tersebut kemungkinan mengandung biji-biji gulma.
5) Pembersihan gulma dipinggir-pinggir sungai dan saluran air.
6) Menyaring air pengairan agar tidak membawa biji-biji gulma ke petak-petak pertanaman yang diairi.
B. Karantina Tumbuhan
Karantina tumbuhan bertujuan mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan lewat perantaraan lalu-lintas/perdagangan. Karantina tumbuhan merupakan cara pengendalian tidak langsung dan relatif paling murah.
PENGENDALIAN MEKANIS
Pengendalian mekanis merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma dengan cara merusak bagian-bagian sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya terhambat. Teknik pengendalian mekanis hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik. Dalam praktek dilakukan secara tradisional dengan tangan, dengan alat sederhana sampai penggunaan alat berat yang lebih modern.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih peralatan untuk digunakan dalam pengendalian gulma adalah sistem perakaran, umur tanaman, kedalaman dan penyebaran sistem perakaran, umur dan luas infestasi, tipe tanah, topografi, serta kondisi cuaca/iklim.
Pengolahan Tanah (Land Preparation)
Pengolahan tanah dengan alat-alat seperti cangkul, bajak, garu, traktor dan sebagainya, pada umumnya berfungsi untuk mengendalikan gulma.
Pengolahan tanah pada prinsipnya melepaskan ikatan antara gulma dengan media tempat tumbuhnya. Efektivitas pengolahan tanah dalam pengendalian gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup gulma dan tanamannya, dalam dan penyebaran perakaran, lama dan luasnya infestasi, macam tanaman yang dibudidayakan, jenis tanah, topografi dan iklim.
Penyiangan (Weeding)
Penyiangan yang tepat biasanya dilakukan pada saat pertumbuhan aktif dari gulma. Penundaan sampai gulma berbunga mungkin tak hanya gagal membongkar akar gulma secara maksimum, tetapi juga gagal mencegah tumbuhnya biji-biji gulma yang viabel sehingga memberi kesempatan untuk perkembangbiakan dan penyebarannya.
Penyiangan sesudah gulma dewasa akan banyak membongkar akar tanaman dan menimbulkan kerusakan fisik. Sedang penyiangan yang terlalu sering akan menimbulkan kerusakan akar tanaman pokok
Pencabutan (Hand Pulling)
Pencabutan dengan tangan ditujukan untuk gulma annual dan biennial. Pelaksanaan pencabutan gulma terbaik adalah pada saat sebelum pembentukan biji, sedang pencabutan pada saat gulma sudah dewasa mengakibatkan kemungkinan adanya bagian bawah gulma yang tidak tercabut sehingga tumbuh kembali.
Pembabatan (Mowing)
Pembabatan pada umumnya hanya efektif untuk mengendalikan gulma-gulma yang bersifat setahun (annual) dan kurang efektif untuk gulma tahunan (perennial). Efektivitas cara ini sangat ditentukan oleh saat dan interval pembabatan. Pembabatan sebaiknya dilakukan pada saat daun gulma sedang tumbuh lebat, menjelang berbunga dan sebelum membentuk biji.
Pembakaran (Burning)
Pembakaran merupakan salah satu cara mengendalikan gulma. Suhu kritis yang menyebabkan kematian (Termodeash Point) pada sel adalah 45–55ยบ C, tetapi biji yang kering lebih tahan daripada tumbuhan yang hidup.
Sebenarnya yang dimaksud dengan pembakaran adalah penggunaan api untuk pengendalian gulma dengan alat pembakar (burner) seperti alat untuk mengelas, flame cultivator atau weed burner yang menggunakan bahan bakar butane dan propone. Atau pembakaran dengan memberikan panas dalam bentuk uap (sceaming), terutama dalam usaha mematikan biji gulma pada tempat-tempat tertentu seperti pembuatan bedengan.
Penggenangan
Bila tersedia air, penggenangan dapat mengurangi pertumbuhan gulma. Cara ini biasa digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma darat (terrestrial). Penggenangan efektif untuk mengendalikan gulma tahunan. Caranya dengan membuat galangan pembatas dengan tinggi genangan 15-25 cm selama 3–8 minggu. Sebagian besar gulma tidak berkecambah pada kondisi anaerob.
PENGENDALIAN KULTUR TEKNIS
Pengendalian kultur teknis merupakan cara pengendalian gulma dengan menggunakan praktek-praktek budidaya, antara lain :
- Penanaman jenis tanaman yang cocok dengan kondisi tanah.
- Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutup ruang kosong.
- Pemupukan yang tepat untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing tanaman terhadap gulma.
- Pengaturaan waktu tanam dengan membiarkan gulma tumbuh terlebih dahulu kemudian dikendalikan dengan praktek budidaya tertentu.
- Penggunaan tanaman pesaing (competitive crops) yang tumbuh cepat dan berkanopi lebar sehingga memberi naungan dengan cepat pada daerah di bawahnya.
- Modifikasi lingkungan yang melibatkan pertumbuhan tanaman menjadi baik dan pertumbuhan gulma tertekan.
A. Rotasi Tanaman (Crop Rotation)
Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman sebenarnya bertujuan memanfaatkan tanah, air, sinar matahari dan waktu secara optimum sehingga diperoleh hasil yang memadai. Dengan pergiliran tanaman maka pada umumnya permukaan tanah akan selalu tertutup oleh naungan daun tanaman, sehingga gulma tertekan.
B. Sistem Bertanam (Croping System)
Perubahan cara bertanam dari monokultur ke polikultur (intercropping atau multiple croping) dapat mempengaruhi species gulma yang tumbuh sehingga menimbulkan perbedaan interaksi dalam kompetisi.
Cara penanaman tumpang sari, tumpang gilir, tanaman sela atau lainnya ternyata dapat menekan pertumbuhan gulma, karena gulma tidak sempat tumbuh dan berkembang biak akibat sinar matahari serta tempat tumbuhnya selalu terganggu.
C. Pengaturan Jarak Tanam (Crop Density)
Peningkatan kepadatan tanaman meningkatkan efek naungan terhadap gulma sehingga mengurangi pertumbuhan dan reproduksinya. Meskipun demikian pada jarak tanam yang sempit mungkin tanaman budidaya memberikan hasil relatif kurang. Oleh sebab itu sebaiknya penanaman dilakukan pada jarak tanam yang optimal.
D. Pemulsaan (Mulching)
Mulsa akan mempengaruhi cahaya yang akan sampai ke permukaan tanah dan menyebabkan kecambah-kecambah gulma serta berbagai jenis gulma dewasa mati. Disamping mempertahankan kelembaban tanah, mulsa akan mempengaruhi temperatur tanah.
E. Tanaman Penutup Tanah (Legum Cover Crop-LCC)
Sering disebut tanaman pelengkap (smother crops) atau tanaman pesaing (competitive crops). Sebagai tanaman penutup tanah biasa digunakan tanaman kacang-kacangan (leguminosae) karena selain dapat tumbuh secara cepat sehingga cepat menutup tanah tetapi dapat juga digunakan sebagai pupuk hijau.
Sifat penting yang diperlukan bagi tanaman penutup tanah adalah harus dapat tumbuh dan berkembang cepat sehingga mampu menekan gulma. Jenis-jenis leguminosae yang biasa digunakan adalah Calopogonium muconoides (CM), Calopogonium caerelum (CC), Centrosoma pubescens (CP) dan Pueraria javanica (PJ).
Selain pertumbuhan cepat sifat lainnya yang dikehendaki adalah tidak menyaingi tanaman pokok. Apabila pertumbuhannya terlalu rapat maka harus dilakukan pengendalian dengan cara pembabatan atau dibongkar untuk diganti dengan penutup tanah yang lainnya.
Penggunaan tanaman penutup tanah untuk mencegah pertumbuhan gulma-gulma berbahaya (noxious) terutama golongan rumput merupakan cara kultur teknis yang dipandang paling berhasil diperkebunan.
PENGENDALIAN HAYATI
Pengendalian hayati (biological control) adalah penggunaan biota untuk melawan biota. Pengendalian hayati dalam arti luas mencakup setiap usaha pengendalian organisme pengganggu dengan tindakan yang didasarkan ilmu hayat (biologi). Berdasarkan hal ini maka penggunaan Legum Cover Crops (LCC) kadang-kadang juga dimasukkan sebagai pengendalian hayati.
Pengendalian hayati pada gulma adalah suatu cara pengendalian dengan menggunakan musuh-musuh alami baik hama (insekta), penyakit (patogen), jamur dan sebagainya guna menekan pertumbuhan gulma. Hal ini biasa ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas di suatu daerah. Pemberantasan gulma secara total bukanlah tujuan pengendalian hayati karena dapat memusnahkan agen-agen hayati yang lain.
A. Pengendalian Alami dan Hayati
Berdasarkan campur tangan yang terjadi maka dibedakan antara pengendalian alami dan pengendalian hayati. Perbedaan utama terletak pada ada atau tidaknya campur tangan manusia dalam ekosistem. Dalam pengendalian alami disamping musuh alami sebagai pengendali hayati masih ada iklim dan habitat sebagai faktor pengendali non hayati. Sedang pada pengendalian hayati ada campur tangan manusia yang mengelola gulma dengan memanipulasi musuh alaminya.
Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak dan sekaligus paling sulit dipraktekkan karena memerlukan derajat ketelitian tinggi dan serangkaian test dalam jangka waktu panjang (bertahun-tahun) sebelum suatu organ pengendali hayati dilepas untuk pengendalian suatu species gulma. Dasar pengendalian hayati adalah kenyataan bahwa di alam ada musuh-musuh alami yang mampu menekan beberapa species gulma.
B. Musuh–musuh Alami Gulma
Ada beberapa syarat utama yang dibutuhkan agar suatu makhluk dapat digunakan sebagai pengendali alami :
Makhluk tersebut tidak merusak tanaman budidaya atau jenis tanaman pertanian lainnya, meskipun tanaman inangnya tidak ada.
Siklus hidupnya menyerupai tumbuhan inangnya, misalnya populasi makhluk ini akan meningkat jika populasi gulmanya juga meningkat.
- Harus mampu mematikan gulma atau paling tidak mencegah gulma membentuk biji/berkembang biak.
- Mampu berkembang biak dan menyebar ke daerah-daerah lain yang ditumbuhi inangnya.
- Mempunyai adaptasi baik terhadap gulma inang dan lingkungan yang ditumbuhinya.
PENGENDALIAN KIMIA
Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia tanpa mengganggu tanaman pokok dikenal dengan nama “Herbisida“.
Kelebihan dan keuntungan penggunaan herbisida dalam pengendalian gulma antara lain:
- Herbisida dapat mengendalikan gulma yang tumbuh bersama tanaman budidaya yang sulit disaingi.
- Herbisida pre-emergence mampu mengendalikan gulma sejak awal.
- Pemakaian herbisida dapat mengurangi kerusakan akar dibandingkan pengerjaan tanah waktu menyiangi secara mekanis.
- Erosi dapat dikurangi dengan membiarkan gulma (rumput) tumbuh secara terbatas dengan pemakaian herbisida.
- Banyak gulma yang bersifat pohon lebih mudah dibasmi dengan herbisida.
- Lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar.
- Dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan dengan perlakuan penyiangan biasa.
Disamping kelebihan dan keuntungan, herbisida mempunyai keurangan-kekurangan yang dapat merugikan, antara lain dapat menimbulkan :
- Efek samping
- Species gulma yang resisten
- Polusi
- Residu dapat meracuni tanaman.
Penggunaan herbisida yang berhasil sangat tergantung akan kemampuannya untuk membasmi beberapa jenis gulma dan tidak membasmi jenis-jenis lainnya (tanaman budidaya). Cara kerja yang selektif ini merupakan faktor yang paling penting bagi keberhasilan suatu herbisida.
Ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi keberhasilannya atau selektifitas herbisida, yaitu :
Faktor Tanaman :
- Umur dan kecepatan pertumbuhan.
- Struktur luar seperti bentuk daun ( ukuran dan permukaan ), kedalaman akar, lokasi titik tumbuh, dll
- Struktur dalam seperti translokasi dan permeabilitas membran / jaringan
- Proses-proses biokimia seperti pengaktifan enzim, herbisida, dll
Faktor Herbisidanya :
- Struktur
- Konsentrasi
- Formulasi (cair atau granular)
Faktor Lingkungan :
- Temperatur,
- Cahaya,
- Hujan,
- Faktor-faktor tanah
Cara Pemakaian/Aplikasi :
- Tipe herbisida (digunakan ke tanah, ke tanaman),
- Volume penyemprotan,
- Ukuran butiran semprotan,
- Waktu penyemprotan.
0 Komentar: