Beberapa waktu lalu, baru saja terpilih Pemilu untuk Caleg (calon legislatif) dari tingkat daerah sampai pusat dan dilanjutkan pemilihan pada Pilpres pada 9 juli mendatang. Tentu saja yang menyisakan pertanyaan adalah dari Caleg sampai Caperes tidak ada yang memprioritaskan isu lingkungan dalam visi dan misi mereka.
Kenapa isu lingkungan terkait Caleg dan Capres?. Alasan utama saya menulis tentang hal ini sedikit banyak melihat ruang lingkup dan isu strategis lingkungan saat ini yang sudah semakin penting dan kompleks untuk menjadi penting untuk dibahas. Mengapa pula isu lingkungan begitu strategis?. Satu hal yang menjadi dasar yaitu karena daerah atau wilayah Negara kita Indonesia tercinta ini terdiri dalam beberapa pulau (negara kepulauan) yang tentu saja sangat bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan pula.
Beberapa kaitannya mengapa isu lingkungan menjadi penting, tentunya juga tidak terlepas dari kerawanan dan sekaligus potensi wilayah negeri ini yang sejatinya sangat patut untuk diutamakan. Sebut Saja, di beberapa titik daerah atau wilayah Provinsi, Kota, Daerah dan Pedalaman di masing-masing Provinsi sangat terlihat banyak kerawanan namun tidak kalah pentingnya ialah potensi yang bila diprioritaskan menjadi sebuah kebijakan pasti dan patokan. Tentunya Isu-isu lingkungan juga telah menjadi pondasi awal yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar, Pasal 33 dalam tatanan kehidupan negara telah diatur tetapi tidak dijalankan pada pelaksanaan.
Mengingat kita pasti akan berpijak pada tanah, merasakan seteguk air setiap harinya, keanekaragaman hayati ibarat peribahasa/perumpamaan menjadi darah daging pada kehidupan masyarakat/rakyat (lingkungan menjadi salah satu yang terpenting dan tidak bisa terlepaskan dalam tatanan kehidupan). Rentetan peristiwa dari kaca mata media, kaca mata perseorangan, lembaga dan masyarakat yang secara langsung bersentuhan telah banyak menyugukan informasi terkait kerawanan dan terus terjadi. Bencana secara alami dan bencana akibat ulah dari perbuatan manusia menjadi salah satu fakta yang tergambar dan terekam saat ini. Hal yang mendasar inilah yang menjadi cikal bakal harusnya menjadi prioritas. Kita pasti ingat, betapa sibuknya banyak orang (sebagian besar) di sibukkan, disuguhkan dengan warna-warni bencana.
Sebut saja banjir bandang, konflik lahan, longsor, dampak eksplorasi yang tidak jarang besinggungan dengan ancaman habitat makhluk hidup, hutan di daratan dan makhluk hidup yang ada di lautan. Contoh nyata ini tidak jarang pula menghambat dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari pula. Selain itu juga, kehadiran bencana yang cenderung berulang menjadi bumerang tersendiri bagi semua tidak terkecuali para petinggi, para pembesar dan para saudagar.
Aspek lingkungan sejatinya menjadi nafas hidup dari dulu hingga saat ini, Sumber kekayaan alam dengan keberagaman bisa menjadi sumber kehidupan, bisa menjadi sumber sosial, ekonomi dan kebudayaan masyarakat jika dikelola dan diolah dengan kebijaksanaan. Tentunya juga tidak melupakan penghargaan terhadap alam semesta beserta isinya.
Kesadaran jika belum terjajah oleh bencana terkait keberadaan dan kerentanan lingkungan saat ini menjadi sebuah dilema yang selalu hilang dan datang berujung terus berulang.
Hanya mengingat, etika lingkungan menjadi sebuah keberadaan yang sejatinya menjadi skala prioritas. Asal muasal tatanan kehidupan tanpa lingkungan setidaknya bukanlah apa-apa. Sebagai contoh saja, hadirnya ekonomi tidak terlepas dari kekayaan Sumber Daya Alam/ SDA (Lingkungan dan ekologi). Namun yang terjadi sudah pasti, banyak yang mengesampingkan aspek lingkungan dan asas ekomoni, Sosial budaya masyarakat. Yang ada malah terus merusak, menjual kekayaan alam tanpa mengutamakannya untuk keberlanjutan. Asas ekonomi, sosbud dan ekologi dan hak masyarakat sepertinya mulai terabaikan/tidak tersentuh untuk menjadi skala prioritas (tidak menjadi patokan Caleg dan Capres) ataupun nantinya setelah menjadi. Coba tengok saja nanti. Berharap para calon pemimpin untuk melihat dan memprioritaskan hal ini (Pentingnya lingkungan bagi kehidupan). Semoga saja….
Oleh: Petrus Kanisius/Kompasiana
0 Komentar: