Budidaya Tanaman Terong (Solanum melongena L)



PENDAHULUAN

Terong merupakan sayuran yang sudah dikenal luas masyarakat Indonesia. Buah terong mempunyai komposisi gizi yang baik yakni mengandung 1,5% protein, 0,2 gr lemak, 5,5 gr hidrat arang, 15 gr kalsium, 37 mg fosfor, 0,4 mg besi, Vit A 30 SI, Vit B1 0,04 mg dan Vit C 5 mg. Dengan komposisi seperti itu terong sangat cocok dikonsumsi untuk perbaikan gizi.


KERAGAMAN BENTUK DAN JENIS

Jenis terong dapat dibedakan dari bentuk dan warna kulit buahnya. Bentuknya ada yang panjang, bulat dan lonjong, warna kulit buah dari yang berwarna ungu sampai yang berwarna hijau. Dari beberapa jenis terong yang ada saat ini masyarakat umumnya lebih cenderung memilih terong yang berwarna ungu atau bernuansa ungu. Bila ditinjau dari segi rasa ada beberapa diantaranya yang memiliki rasa manis, kesat dan tawar. Beberapa jenis terong berdasarkan bentuk buahnya, yaitu:

- Terong Kopek, bentuknya bulat panjang dengan ujungnya tumpul, berwarna ungu atau hijau keputih-putihan;
- Terong Craigi, buah berbentuk bulat panjang dan ujungnya runcing berwana ungu atau ungu muda;
- Terong Kelapa, buahnya berbentuk bulat besar, berwarna putih atau hijau keputih-putihan, rasanya renyah dan sedikit getar;
- Terong Gelatik (terong lalap), buahnya berbentuk bulat, ukurannya kecil warna kulitnya ungu atau putih keungu-unguan, rasanya renyah dan manis (tidak getir).

Selain itu saat ini dikenal berbagai terong hibrida introduksi dari negara lain yang masuk ke Indonesia yang dikembangkan secara komersial seperti:
- Antaboga 1, terong hibrida berasal dari Thailand, bentuk bulat panjang, rasa agak manis, warna buah ungu kecoklatan, berat buah 300-450 gr/buah. Umur panen konsumsi 57 hst, jumlah buah rata-rata per pohon 19 buah, cocok di dataran rendah dan tinggi;
- Farmers Long, terong hibrida asal Taiwan, bentuk lurus panjang, rasa agak manis, warna ungu kemerah-merahan, berat buah sekitar 100 gram, umur genjah, cocok di dataran rendah dan tinggi;
- Naga Ungu, bentuknya panjang berwarna ungu, rasa agak manis, berat buah sekitar 150 gram, jumlah buah rata-rata 10 buah/pohon, umur panen 60 hst, cocok ditanam di dataran rendah dan tinggi. Dan berbagai varietas lainnya.


SYARAT TUMBUH

- Dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi (1.000 m dpl);
- Suhu udara antara 22-30o C, cuaca panas dan iklim kering;
- Memerlukan sinar matahari langsung, tidak terlindung;
- Tanah subur, kaya bahan organik, gembur aerasi dan drainase baik, pH 6,8-7,3.

PERSEMAIAN

Benih terong yang ditanam harus berasal dari varietas unggul agar hasilnya optimal. Persemaian disiapkan dengan media tanam yang subur yakni campuran tanah dan pupuk kandang/kompos 2 : 1, media persemaian dapat disterilkan dengan fungsisida atau dengan menyiramnya dengan air panas sebelum digunakan untuk menghindari penyakit dumping off.

Persemaian diberi atap agar tanaman tidak terkena curah hujan langsung tetapi tetap mendapatkan sinar matahari langsung, persemaian menghadap ke sebelah timur. Diusahakan agar persemaian tidak mendapat gangguan dari hewan peliharaan.

Benih disemai dengan cara disebar atau dengan barisan dengan jarak antara barisan 10 cm. setelah bibit berumur 7-10 hari dipindahkan ke koker yang telah disiapkan. Bibit dipelihara di koker sampai berumur 30-40 hari atau berdaun 4 helai dengan tinggi tanaman sekitar 15 cm, bibit siap ditanam di kebun. Untuk lahan seluas satu hektar diperlukan benih (biji) terong sekitar 300 gram.


PERSIAPAN LAHAN

- Lahan dibersihkan dan diolah dengan baik dan intensif minimal 2 minggu sebelum tanam, lahan dicangkul sedalam 20-30 cm dibersihkan dari sisa tanaman dan batu-batuan;
- Dibuat bedeng dengan lebar 100 cm, tinggi bedeng 20 cm, dan panjang bedeng sesuai kebutuhan. Jarak antara bedeng 40-50 cm;
- Pada saat pembuatan bedeng diberikan pupuk kandang dengan dosis 15 kg/10 m2.

PENANAMAN

- Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkan dengan jarak tanam 75 x 75 cm, bibit ditanam sampai pada leher akar, tanah di sekitar batang tanaman dipadatkan dan ditekan;
- Penanaman dilakukan pada sore hari untuk menghindari terik matahari sesaat setelah bibit ditanam;
- Bibit yang baru ditanam perlu diberikan naungan sementara dari pelepah batang pisang dan disiram setiap hari selama 4-5 hari.


PEMELIHARAAN

- Tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak normal segera diganti atau disulam dengan bibit yang telah disiapkan maksimal 15 hari setelah tanam, hal tersebut dimaksudkan agar pertanaman seragam dan mudah perawatannya;
- Penyiangan dilakukan terhadap rumput-rumputan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman, pada saat penyiangan dilakukan pembubuhan tanah di sekitar batang tanaman agar tanaman tetap berdiri kokoh;
- Pemasangan ajir atau turus dapat dilakukan untuk menopang tanaman dan tidak mudah roboh pada saat berbuah. Ajir dipasang seawall mungkin agar tidak mengganggu perakaran. Panjang ajir 80-100 cm dengan diameter 2-4 cm;
- Setelah 2 minggu tanaman dapat diberikan pupuk buatan dengan dosis 3 gram Urea, 3 gram SP 36 dan 2 gram KCl per pohon dengan cara membenamkan 10 cm di samping tanaman.

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT 

- Kumbang Daun (Epilachna spp). Hama berupa kumbang kecil berwarna merah berbintik hijau atau kuning polos mengkilap, menyerang bagian daun yang menimbulkan gejala adanya bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah. Serangan yang hebat semua jaringan daun rusak dan tinggal tulang-tulangnya saja. Pengendaliannya dengan mengumpulkan dan membunuh kumbangnya, cara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida Hostathion 40 EC 0,1-0,2%;
- Hama Kutu Pucuk (Aphies). Menyerang daun muda khususnya pada musim kemarau saat udara kering dan bersuhu tinggi. Bagian daun yang diserang akan mengeriting dan mengkerut. Kutu ini mengeluarkan cairan manis sehingga mendatangkan semut dan jamur yang berwarna hitam atau jamur jelaga sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman dan dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan menggunakan insektisida Tamaron 200 LC, Hostation 40 EC, Sumithion 50 RC dan insektisida lain sesuai dosis anjuran;
- Hama Tungau (Tetranychus spp.). Bentuknya seperti laba-laba tetapi ukurannya sangat kecil (kurang dari 1 mm), sulit dilihat dengan mata telanjang. Serangan menghebat pada musim kering, menghisap cairan sel tanaman sehingga menimbulkan gejala bintik-bintik merah sampai kecoklatan atau hitam pada permukaan daun. Pada serangan cukup berat dapat menimbulkan gejala keriting daun. Pengendalian dengan cara pergiliran tanaman atau dengan penyemprotan insektisida efektif seperti Tokuthion 500 EC atau Omite 57 EC 0,1-0,2%;
- Nematoda. Organisme berupa cacing yang sangat kecil, hidup pada lapisan tanah paling atas. Nematode menyerang jaringan akar sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Serangan yang berat tanaman layu dan mati. Pengendaliannya pada tanah yang sering memperlihatkan gejala serangan nematode, maka sebelum tanam sebaiknya bedengan perlu ditaburi dengan insektisida Furadan 3 G atau Curater 3 G dengan dosis 17 gram/10 m2;
- Penyakit Damping Off. Menyerang bibit di persemaian dengan gejala pembusukan pada leher akar, tanaman layu dan mati. Penyebabnya adalah cendawan Phytium sp. Pengendaliannya adalah penggunaan media persemaian yang steril, dapat pula dilakukan perlakuan dengan cara menyiram media persemaian dengan air mendidih sebelum digunakan. Bila sudah ada gejala serangan di persemaian dapat dilakukan penyemprotan dengan fungisida Antracol 70 WP konsentrasi 2 grm/liter air, atau Dithane M 45 dengan dosis sesuai anjuran;
- Penyakit Layu. Tanaman akan terlihat layu, menguning dan kerdil. Bila batang tanaman dipotong akan terlihat warna coklat dan kalau dipijat keluar lendir berwarna putih. Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas sollanacearum. Pengendalian dengan penyemprotan menggunakan bakterisida Agrept 20 WP dengan konsentrasi 0,5-1 cc/l air. Bila gejala seperti di atas tetapi bila dipijat tidak mengeluarkan lendir, maka penyebabnya adalah cendawan Fucarium oxyparum. Pengendalian dengan menggunakan Dithane M 45 dengan dosis sesuai anjuran.


PANEN

Tanaman terong sudah mulai dipanen pada umur 50-60 hari tergantung varietasnya. Kriteria panen buah terong yang baik adalah daging belum keras, warna buah mengkilat, ukuran tidak terlalu kecil atau terlalu besar. Bila dipotong belum tampak biji yang berwarna kuning keemasan dan warna daging keemasan dan warna daging buah masih putih bersih.

Panen dilakukan seminggu dua kali sehingga total dalam satu musim dapat dilakukan 8 kali panen dengan potensi jumlah buah per tanaman bisa mencapai 21 buah. Setelah pemanenan yang kedelapan biasanya produksi mulai menurun baik kualitas maupun kuantitasnya. Pertanaman yang baik dapat menghasilkan buah muda 30 ton/Ha atau lebih.

DAFTAR PUSTAKA

Agung S.W., 2001. Terong, Sayuran Prospektif yang Belum Digarap Intensif. Majalah Pertanian Abdi Tani. Vol. 2 No. 6/Edisi IX Oktober-Desember 2001.
Rahmat Rukmana, 1994. Bertanam Terong. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

2 komentar: