Proses Kultur In Vitro Tanaman Krisan



Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek agribisnis yang cukup besar di Indonesia. Salah satu dari tanaman hias tersebut adalah tanaman krisan. Krisan (Chrysanthemum morifolium ramat) termasuk salah satu jenis tanaman hias yang banyak digemari oleh masyarakat karena mempunyai warna, ukuran, dan bentuk bunga menarik, serta tanaman krisan dapat bertaan kurang lebih 14 hari. Krisan termasuk jenis bunga potong penting dunia, karena macam jenisnya beraneka ragam. Krisan memiliki 55 varietas yang ada d seluruh dunia. Menurut Wijayakusuma (2000), krisan dapat juga dimanfaatkan sebagai tanaman obat dan tanaman penghasil racun serangga alami.

Permintaan konsumen terhadap bunga krisan yang terus meningkat, telah memacu para petani dan pengusaha bunga hias terutama krisan terus meningkatkan produksinya. Hal ini dilihat dari penjualan bunga krisan di Pasar Rawa Belong, mulai dari 2007 sampai 2009 yaitu 399,25, 412,68 dan 422,50 (dalam juta tangkai). Permintaan tersebut ternyata tidak hanya tertuju pada kuantitas saja, melainkan juga jenis dan kualitas bunga. Kendala petani krisan dalam sistem produksi krisan yaitu kurang tersedianya bibit bermutu, rendahnya daya adaptasi varietas introduksi terhadap kodisi lingkungan fisik indonesia serta keterbatasan penggetahuan tentang teknik budidaya. Upaya peningkatan produksi krisan dalam negeri perlu dilakukan melalui penanganan yang memadai, supaya dimasa mendatang tanaman krisan ini diharapkan mampu menjadi komoditas andalan nasional sebagai penghasil devisa negara. Upaya tersebut perlu didukung dengan perbaikan sistem usaha yang menguntungkan dari pemerintah, sehingga petani termotivasi untuk melestarikan usaha tanaman krisan.

Selain itu kendala penanaman tanaman krisan di Indonesia dibutuhkan modifikasi-modifikasi lingkungan agar tanaman dapat tumbuh, mulai dari green house, menambakan sinar dari lampu, hingga suhu lingkungan. Teknik kultur invitro merupakan metode perbanyakan tanaman dengan mengisolasi bagian tanaman serta menumbuhkanya dalam kondisi aseptik. Sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman dengan jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat, serta memiliki kualitas, tumbuh dengan tempo yang reatif cepat di bandingankan dengan konvensional. Menyediakan bibit yang berkualitas serta memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit.

DASAR TEORI

Tanaman Krisan

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning dikenal dengan Chrysanthenum indicumChrysanthenum Morifolium (ungu dan pink) dan Chrysanthenum daisy (bulat, ponpon). Pada abad ke-empat masehi bangsa Jepang mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial (Rukmana dan Mulyana, 1997).

Di beberapa negara tanaman krisan memiliki arti yang beraneka ragam, di Jepang, Korea dan Cina bunga krisan putih menunjukkkan bunga duka cita. Di Eropa seperti Italia, Perancis, Polandia, Spanyol dan Kroasia, krisan merupakan simbol kematian dan hanya digunakan untuk pengkuburan. Di Amerika Serikat bunga krisan diguanakan untuk menunjukkan kebahagiaan dan semangat. Pada beberapa negara krisan menunjukkan kasih sayang, seperti di Australia krisan digunakan ketika hari ibu. Serta yang paling menarik tanaman krisan disebut juga bunga November.



Morfologi Tanaman Krisan 

Tanaman krisan merupakan tanaman semusim (anual) yang berkisar 9-12 hari tergantun varietas dan lingkungan tempat menanamnya. Tanaman krisan dapat dipertahankan hingga beberapa tahun bila dikehendaki, tetapi bunga yang dihasilkan biasanya jauh menurun kualitasnya (Hasyim dan rexa, 1995). Menurut Rukmana (1997), tanaman krisan tumbuh menyemak setinggi 30-200 cm, sistem perakarannya serabut yang keluar dari batang utama. Akar menyebar kesegala arah pada radius dan kedalaman 50-70 cm atau lebih. Batang tanaman krisan tumbuh agak tegak dengan percabangan yang agak jarang, berstruktur lunak, dan berwarna hijau tetapi bila dibiarkan tumbuh terus, batang berubah menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecoklatan, serta berdiameter batang sekitar 0,5 cm.

Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang, serta termasuk bunga lengkap. Bunga krisan merupakan bunga majemuk yag terdiri atas bunga pita dan bunga tabung. Pada bunga pita terdapat bunga betina (pistil), sedangkan bunga tabung terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya fertil (kofranek, 1980).



 Bagian Kedua »