Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam hidup, namun seringkali terlewat begitu saja. Memaksimalkan potensi dan kemampuan yang dimiliki untuk menjadi kemanfaatan. Diawali motivasi dan niat yang kuat serta keikhlasan, agar kebaikan terasa ringan untuk dilakukan, tak lagi dirasa sebagai beban, memiliki semangat untuk senantiasa mengadakan perbaikan. Membiasakan dari hal-hal yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Ada yang menarik dari pembahasan mengenai Fikih Air pada Munas Tarjih Muhammadiyah beberapa waktu lalu. Bagian dari upaya mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan nyata, menjadi rahmatan lil alamin yang sesungguhnya. Berikut hasil Munas Tarjih yang dikutip dari Web Sangpencerah:
Pada level individu dan keluarga perlu pembiasaan untuk membetulkan kran atau sambungan pipa di rumah, kantor, masjid atau pipa irigasi yang bocor. Kemudian tidak membiarkan anak bermain dengan kran atau selang air di halaman atau di kamar mandi dan tidak membiarkan kran air terus mengucur pada saat mencuci mobil atau sepeda motor, serta mematikan air bila tidak diperlukan. Juga membiasakan untuk mematikan kran ketika sedang menggosok gigi, mandi atau mencuci peralatan rumah tangga dengan sabun atau detergen. Mengganti ukuran kran dengan ukuran kecil sehingga tidak terlalu banyak mengeluarkan air. Menggunakan shower untuk kamar mandi. Sedapat mungkin tidak menggunakan kamar mandi yang banyak menggunakan air (semisal bath-up).
Demikian pula dalam berwudlu, hindari penggunaan air yang berlebihan. Menyisakan halaman rumah untuk resapan air hujan, dengan tidak menutup seluruh halaman rumah dengan pengerasan (aspal dan beton,) karena air hujan tidak akan bisa meresap ke dalam tanah untuk menambah cadangan air tanah. Arahkan kucuran air hujan dari atap rumah untuk dapat asuk ke sumur peresapan di halaman rumah, sehingga tidak langsung dibuang ke jalan atau selokan. Memilih tanaman hias, perkebunan atau tanaman pangan yang tidak rakus air. Siramilah tanaman di lahan pada waktu pagi atau sore hari pada waktu suhu udara tidak terlalu panas dan tiupan angin tak terlalu kencang, sehingga bisa mengurangi kehilangan air melalui evaporasi. Gunakan pupuk organik untuk tanaman daripada pupuk buatan. Pupuk organik disamping lebih sehat, lebih menghemat air untuk prosesnya. Sedangkan pupuk buatan (pupuk kimia/non-organik) prosesnya memerlukan air yang lebih banyak per kg berat pupuk, merusak tanah dan menjadi sumber polusi. Bila memungkinkan buatlah lubang-lubang pembuangan sampah organik di halaman rumah. Sampah organik akan bisa memperbaiki struktur tanah sehingga memudahkan air hujan meresap ke dalam tanah serta memperbaiki kesuburan tanah. Apabila di dalam rumah terdapat kolam renang, maka tutuplah kolam renang dengan penutup dari lembaran plastik pada saat tak digunakan, hal ini akan bisa menghambat penguapan air. Gunakan air kolam renang yang kotor untuk keperluan menyiram tanaman atau disalurkan ke kolam atau media lainnya sehingga tidak langsung terbuang.
Demikian pula tampungan air kucuran kran dan bekas air wudlu. Air ini masih bisa digunakan untuk menyiram tanaman atau untuk memelihara ikan di kolam dan keperluan lainnya. Gunakan peralatan dapur yang terbuat dari bahan alamiah (kayu, bambu, daun tanaman dan sebagainya) daripada menggunakan bahan yang terbuat dari plastik. Pilihan ini disamping lebih berwawasan lingkungan juga lebih sehat dan menghemat air. Bahan-bahan peralatan atau perlengkapan dapur dan perlengkapan rumah tangga yang terbuat dari plastik memerlukan air yang cukup banyak per kg bahan dalam proses pembuatannya. Jika berbelanja ke pasar, supermarket atau ke toko, usahakan membawa keranjang atau tas belanja dari rumah utnuk mengurangi pemakaian tas plastik (tas kresek). Tas plastik dalam proses pembuatannya memerlukan banyak air dan tidak bisa didegradasi sehingga menjadi bahan polusi lingkungan. Pilihlah bahan makanan dan minuman yang proses pembuatannya tidak memerlukan banyak air untuk memprosesnya. Pilihlah untuk membuat jus buah sendiri daripada membeli jus buah siap saji. Cara ini disamping lebih sehat juga bisa menghemat air. Pada waktu mencuci pakaian (pakai tangan atau pakai mesin cuci) atau peralatan dapur, pilihlah detergen yang ringan dan ramah lingkungan, sehingga tidak memerlukan banyak air untuk membilas. Untuk membilas detergen kuat, diperlukan lebih banyak air dibandingkan dengan detergen ringan. Hindari tumpahnya minyak (goreng atau minyak lain) ke dalam tampungan atau sumber air. Hal ini karena untuk memurnikan atau membilasnya memerlukan banyak air.
Pada level masyarakat, kegiatan pengelolaan air berbasis masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air. Tingginya tingkat keterlibatan masyarakat dalam kegiatan ini, diharapkan menjadikan daerah tangkapan hujan di hulu semakin berfungsi sebagai hutan lindung yang bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat. Wilayah hulu semakin produktif dengan basis jasa lingkungan wilayah hilir dan kawasan perkotaan terbebas dari ancaman daya rusak air, antara lain bencana banjir dan kekeringan. Melakukan sistem pengolahan limbah domestik di kawasan permukiman sehingga dapat menjaga kualitas air. Misalnya, pengolahan limbah domestik cair dan sampah untuk kompos. Juga bisa melalui teknologi tepat guna untuk membuat air berkualitas sesuai baku mutu untuk keperluan air minum penduduk di kawasan lingkungan dengan kualitas air rendah. Melakukan upaya penampungan air hujan (Rainwater Harvesting/RWH) untuk irigasi, mencuci, bilasan toilet, peternakan, dll. Upaya ini bisa melalui penggunaan ember atau lainnya. Melakukan irigasi tetes atau sprinkler atau alur yang lebih hemat air daripada cara irigasi dengan penggenangan (basin). Mewujudkan gerakan “Shadaqah Air” bagi masyarakat yang minus air, secara langsung atau melalui penggalangan dana untuk pembuatan saluran air bersih.
Pada level dunia usaha, perlunya sinergitas pelestarian air antara dunia usaha dan masyarakat melalui CSR (Corporate Social Responsibility). Mewujudkan usaha-usaha produktif yang berbasis pada penghematan air. Menciptakan lingkungan kerja yang ramah air melalui edukasi, ceramah, kampanye pelestarian lingkungan, poster, cek rutin sarana air serta audit lingkungan sekitar perusahaan.
Pada level pemerintah perlunya kontrol pelestarian air dan lingkungan sesuai aturan yang berlaku. Upaya penegakan hukum (law inforcement) terhadap perusahaan atau warga yang tidak ramah air dan lingkungan. Upaya membangun sinergitas pengelolaan sumberdaya air antar sektor dan wilayah pemerintahan setempat. Pengembangan sistem pembiayaan pengelolaan air sesuai prinsip cost recovery maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada.
★ Source: Muhamad Fauzi | Perilaku Ramah Air, Spirit Menebar Manfaat
0 Komentar: