Proses Kultur In Vitro Tanaman Krisan (2)



Syarat-Syarat Tumbuh

Iklim
Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah untuk cucah hujan tinggi penanaman dilakukan di dalam green house. Suhu toleran untuk tanaman krisan adalah 170°-300°C, untuk daerah tropis seperti di Indonesia cocok menggunakan suhu 200°-260°C. Kelembaban yang dibutuhkan untuk tanaman krisan sangat tinggi ketika pembentukan akar, pada stek kelembabannya 90%-95%. Kemudian tanaman muda sampai tua kelembabannya 70%-80%, dengan sirkulasi udara yang memadai.

Kadar CO2 di udara sekitar 3000 ppm, sedangkan kadar CO2 yang ideal untuk fotosintesis adalah 600-900 ppm. Untuk pembungaan membutuhkan lebih lama cahaya, dimana dapat menambah cahaya menggunakan bantuan TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik ketika tengah malam yaitu jam 22.30-01.00 dengan lampu 150 watt untuk 9 m2, dan lampu di pasang menggantung 1,5 m dari tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan pada vegetativ (2-8 minggu) untuk merangsang pembentukkan bunga.

Media tanam dan ketinggian tempat
Untuk pertumbuhan tanaman yang optimum dibutuhkan media yang ideal, di mana tekstur media harus liat berpasir, subur, gembur dan memiliki drainase yang baik, serta tidak mengandung hama dan penyakit. Derajat keasaman media yang baik untuk petumbuhan tanaman adalah 5,5-6,7. Kemudian untuk ketinggian ideal untuk pertumbuhan tanaman sekitar 700-1200 m dpl.

Budidaya

Pembibitan
Bibit diperoleh dari tanaman indukan yang sehat, kualitas prima, daya tumbuh yang kuat, serta bebas dari hama dan penyakit. Pembibitan dilakukan secara vegatatif, yaitu dengan anakan, stek pucuk dan kultur in viro.

Bibit asal anakan
Diperoleh dari tanaman yang sudah tua, yang biasanya anakan muncul d dekat akar atau bagian batang bawah.

Bibit asal stek puncuk
Yaitu dengan menententukan tanaman yang sehat dan cukup umur, memilih tunas pucuk yang tumbuh sehat. Dengan diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai daun dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut. Kemudian langsung disemaikan atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4 derajat C, dengan kelembaban 30 % agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara penyimpanan stek adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek.

Bibit asal kultur in vitro
Yaitu menetukan mata tunas atau eksplan dan diambil dengan pisau silet, stelisasi mata tunas dengan sublimat 0,04% (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas dengan air suling steril. mepenanaman dalam medium MS berbentuk padat. Hasil penelitian lanjutanperbanyakan tanaman krisan secara kultur jaringan:

♠ Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 1,5 mg kinetin/liter, paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akar eksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29 hari, sedangkan perakaran 26 hari.

♠ Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5 BAP/liter, kalus bertunas waktu 26 hari, tetapi medium tidak merangsang pemunculan akar.

♠ Medium MS padat ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg kinetin/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter pada eksplan varietas Sandra untuk membentuk akar pada umur 21-31 hari. Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:
  • Stok tanaman induk; Fungsinya untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak mungkin sebagai bahan tanaman Ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlah stok tanaman induk disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang telah direncanakan. Tiap tanaman induk menghasilkan 10 stek per bulan, dan selama 4-6 bulan dipelihara memproduksi sekitar 40-60 stek pucuk. Pemeliharaan kondisi lingkungan berhari panjang dengan penambahan cahaya 4 jam/hari mulai 23.30–03.00 lampu pencahayaan dapat dipilih Growlux SL 18 Philip.
  • Perbanyakan vegetatif tanaman induk; tang pertama dengan pemangkasan pucuk yang dilakukan pada umur 2 minggu setelah bibit ditanam, dengan cara memangkas atau membuang pucuk yang sedang tumbuh sepanjang 0,5-1 cm; yang kedua, dengan melakukan penumbuhan cabang primer. Perlakuan pinching dapat merangsang pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan tumbuh sepanjang15-20 cm atau disebut cabang primer; dan yang terakhir dengan melakukan penumbuhan cabang sekunder. Pada tiap ujung primer dilakukan pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap cabang sekunder hingga tumbuhsepanjang 10-15 cm.
Pengolahan media tanam
Pengolahan menggunakan cangkul, tanah dicangkul sedalam 30 cm, kemudian dikering anginkan selama 15 hari. Setelah itu digeemburkan kedua kalinya dengan dibersihkan gulmanya, lalu di bentuk bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 20-30 cm, dengan panjang sesuai lahan yang ada, serta jarak antar bedengan yaitu 30-49 cm. Jika tanah mempunyai pH dibawah 5,5, maka diperlukan pengapuran menggunakan kapur pertanian seperti dolomit, zeagro atau kalsit. Kebutuhan kapur sesuai kadar pH yang ada dalam tanah, untuk pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH 5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara disebar merata pada permukaan bedengan.

Hama dan Penyakit

♦ ♦ Hama ♦ 

Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
  • Gejala: Memakan dan memotong ujung batang tanaman muda, sehingga pucuk dan tangkai terkulai.
  • Pengendalian: Mencari dan mengumpulkan ulat pada senja hari dan semprot dengan insektisida.
Thrips (Thrips tabacci)
  • Gejala: Pucuk dan tunas-tunas samping berwarna keperak-perakan atau kekuning-kuningan seperti perunggu, terutama pada permukaan bawah daun.
  • Pengendalian: Mengatur waktu tanam yang baik, memasang perangkap berupa lembar kertas kuning yang mengandung perekat, misalnya IATP buatan Taiwan.
Tungau merah (Tetranycus sp)
  • Gejala: daun yang terserang berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir, menebal, dan bercak-bercak kuning sampai coklat.
  • Pengendalian: memotong bagian tanaman yang terserang berat dan dibakar dan penyemprotan pestisida.
Penggerek daun (Liriomyza sp) 
  • Gejala: daun menggulung seperti terowongan kecil, berwarna putih keabuabuan yang mengelilingi permukaan daun.
  • Pengendalian: memotong daun yang terserang, penggiliran tanaman, dengan aplikasi insektisida.

♦ ♦ Penyakit ♦ ♦ 

Karat/Rust
  • Penyebab: jamur Puccinia sp. karat hitam disebakan oleh cendawan Pchrysantemi, karat putih disebabkan oleh P horiana P.Henn.
  • Gejala: pada sisi bawah daun terdapat bintil-bintil coklat/hitam dan terjadi lekukan-lekukan mendalam yang berwarna pucat pada permukaan daun bagian atas. Bila serangan hebat meyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga.
  • Pengendalian: menanam bibit yang tahan hama dan penyakit, perompesan daun yang sakit, memperlebar jarak tanam dan penyemprotan insektisida.
Tepung oidium
  • Penyebab: jamur Oidium chrysatheemi.
  • Gejala: permukaan daun tertutup dengan lapisan tepung putih. Pada serangan hebat daun pucat dan mengering.
  • Pengendalian: memotong/memangkas daun tanaman yang sakit dan penyemprotan fungisida.
Virus kerdil dan mozaik
  • Penyebab: virus kerdil krisan, Chrysanhenumum stunt Virus dan Virus Mozaoik Lunak Krisan (Chrysanthemum Mild Mosaic Virus).
  • Gejala: tanaman tumbuhnya kerdil, tidak membentuk tunas samping, berbunga lebih awal daripada tanaman sehat, warna bunganya menjadi pucat.
  • Penyakit kerdil ditularkan oleh alat-alat pertanian yang tercemar penyakit dan pekerja kebun.
  • Virus mosaik menyebabkan daun belang hijau dan kuning, kadang-kadang bergaris-garis.
  • Pengendalian: menggunakan bibit bebas virus, mencabut tanaman yang sakit, menggunakan alat-alat pertanian yang bersih dan penyemprotan insektisida untuk pengendalian vektor virus.
Metode Kultur 

Kultur jaringan tanaman terdiri dari sejumlah teknik untuk menumbuhkan organ, jaringan dan sel tanaman. Jaringan dapat dikulturkan pada agar padat atau dalm medium hara cair. Kultur biasanya dimulai dengan menanamkan satu iris jaringan steril pada medium hara yang dipadatkan dengan agar. Dalam waktu 2-3 minggu akan terbentuk kalus. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kalus dan kultur suspensi sel amat beragam, dan terutama bergantung pada jaringan eksplan dan komposisi medium kultur. Baik kultur kalus maupun kultur suspensi sel dapat diperoleh dari berbagai spesies. Kemudahan memulai kultur bergantung pada jenis tanaman dan asal jaringan.

Media

Kegiatan kultur jaringan sangat ditentukan dan tergantung oleh pilihan media yang digunakan. Dalam kultur jaringan menekankan lingkungan yang cocok agar eksplan dapat tumbuh dan berkembang. Lingkungan yang cocok, sebagian akan terpenuhi bila media yang akan dipilih mempertimbangan apa-apa yang diperlukan oleh tanaman. Secara umum kebutuhan nutrisi kebanyakan tanaman sama, tetapi secara khusus hal tersebut berbeda.

Garam organik
Garam anorganik yang diperlukan eksplan dalam kultur jaringan sama halnya dengan garam-garam organik yang diperlukan tanaman yang tumbuh normal di lingkungan alaminya. Beberapa garam organik yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah takaran banyak (milimole) dan dikenal sebagai unsur makro adalah N, K, S (anion) P, Ca, dan Mg (kation). Sedangkan unsur esensial yang kebutuhannya dalam takaran sedikit (mikromolar) dan disebut unsur mikro adalah Fe, Mn, Zn, B, Cu dan Mo.

Sumber karbon dan energi
Sumber karbon yang dianggap standar adalah sukrosa atau glukosa. Sukrosa umumnya digunakan pada kosentrasi 2-3 %, kebanyakan media mengandung miositol. Zat ini sesungguhnya bukan sesuatu yang mutlak harus ditambahkan, tetapi penambahan pada media kira-kira 100 mg/liter dapat meningkatkan pertumbuhan sel.

Vitamin
Tanaman normal melakukan sintetis vitamin untuk pertumbuhan dan perkembangan. Ketika sel-sel tumbuhan tinggi tumbuh didalam kultur, beberapa vitamin tidak terpennuhi atau jumlahnya kurang. Dalam penggunaan vitamin adalah kadar yang seharusnya ditambhakan ke dalam media adalah sangat randah, berkisar 0,1-0,5 mg/liter.

Hormon tanaman
Sitokinin dan auksin merupakan dua kelompok hormon tanaman yang sangat penting dan diperlukan dalam aktivitas kultur jaringan. Kedua hormon tersebut diperlukan untuk mendorong terjadinya pembelahan sel dan pembentukan kalus. Tidak hanya sitokinin dan auksin yang digunakan, namun ada abcisic acid.

N-Organik
N-organik diperlukan untuk pada saat inisiasi kalus terjadi, atau digunakan untuk mempertahankan kultur kalus atau suspensi. Sumber-sumber dari n-organik adalah asam amino, glutamin, asparagin, dan adenin. Namun sumber n-organik tidak terlalu dianggap.



« Bagian PertamaBagian Ketiga »

0 Komentar: