Budi Daya Jamur Tiram



Dalam kehidupan manusia, jamur dapat mendatangkan keuntungan (manfaat) maupun kerugian. Manfaat langsung, misalnya beberapa jenis jamur dapat dijadikan bahan makanan seperti jamur merang, jamur kuping, jamur kancing, jamur shiitake, dan sebagainya. Manfaat tidak langsung yaitu banyak jamur yang menjadi bagian di dalam pembuatan obat-obatan tradisional (misalnya jamu-jamu) ataupun obat-obatan modern.

Jamur yang tergolong bermanfaat tidak langsung antara lain bolets, supa kakabu di dalam jamu-jamu. Jenis yang paling populer sejak ribuan tahun lalu adalah jamur ling-zhi/lingshih dalam bentuk serbuk, pil, kapsul, ataupun produk olahan lainnya di dalam ramuan obat tradisional ataupun modern.

Dari belasan ribu jenis jamur, ternyata baru beberapa jenis saja yang sudah dibudidayakan, antara lain jamur padi (Volvariella volvacea), jamur tiram (Pleurotus ostreatus), jamur kuping atau lember (Aricularia polytricha), jamur shiitake (Lentinus edodes), jamur maitake (Grifolia frondosa), dan yang sudah sangat terkenal adalah jamur ling-zhi (Ganoderma lucidum).



Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mempunyai nama lain shimeji (Jepang), abalone-mushroom atau oyster mushroom (Eropa atau Amerika), supa liat (Jawa Barat). Warna tubuhnya putih, kecokelat-cokelatan, keabu-abuan, kekuning-kuningan, kemerah-merahan, dan sebagainya sehingga namanya tergantung pada warna tubuhnya. Bila sudah terlalu tua, apalagi kalau sudah kering, jamur tiram akan alot atau liat walaupun terus-menerus direbus. Jenis supa liat yang paling banyak dicari serta tumbuh secara alami yaitu yang tumbuh pada kayu lunak, seperti karet, kapuk, dan kidamar karena bentuknya besar, berdaging tebal, dan empuk.

Sekarang jenis jamur tiram banyak dibudidayakan. Selain dapat disayur, jamur tiram juga dapat diolah menjadi makanan lain, misalnya kerupuk, keripik, atau dengan nama yang lebih mentereng menjadi tiram-crisp atau tiram-chips. Di Eropa dan Amerika, jamur tiram sering dikonsumsi langsung, dijadikan semacam sayuran pada pembuatan salad. Bahkan beberapa rumah makan di hotel berbintang di Jakarta ada yang sudah menyajikan jamur tiram segar sebagai campuran di dalam ramuan gado-gado. Jamur tiram juga populer sebagai masakan sup dan pepes.

Vitamin di dalam jamur terdiri dari thiamine (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin, biotin, vitamin C, dan sebagainya. Kandungan mineral jamur tersusun oleh K, P, Ca, Na, Mg, Cu, dan beberapa elemen mikro. Kandungan serat di dalam jamur berkisar mulai dari 7,4 - 27,6%, tergantung kepada jenisnya.

Kandungan vitamin dan mineral jamur tiram yaitu thiamin 4,8%, riboflavin 4,7%, niasin 108,7%, vitamin C 0%, kalsium 33%, fosfor 134,8%, besi 15,2 5, natrium 837 %.

Hal yang perlu diperhatikan dalam budi daya jamur tiram menyangkut faktor penentu, antara lain lokasi dengan ketinggian dan persyaratan lingkungan tertentu, sumber bahan baku untuk substrat tanam, dan sumber bibit (kalau mungkin bibit unggul).

Pemeliharaan substrat tanam harus memperhatikan faktor lingkungan. Selama pertumbuhan bibit (serat/miselia seperti benang-kapas), temperatur diatur antara 28-300 C. Sementara untuk pertumbuhan tubuh buah jamur sampai panen, temperatur diatur antara 26-280 C.

Selama pertumbuhan bibit dan pertumbuhan tubuh buah, kelembapan udara diatur sekitar 90 % karena kalau kurang maka substrat tanam akan mengering, agar kelembapan terjamin, lantai ruangan sebaiknya disiram air bersih pada pagi dan sore hari.


Sarana Produksi


Alat :

  • Drum
  • .Auto Clup
  • Plastik Polybag

Bahan :
  • Spora jamur (F2)
  • Serbuk kayu (sengon algasia) atau jenis-jenis serbuk kayu yang tidak mengandung getah tinggi atau minyak.
  • Bekatul.

Pembuatan
  • Pertama – tama serbuk kayu dicampur dengan bekatul lalu dimasukkan kedalam sebuah plastik polibag, kemudian disterilkan kedalam alat pensteril selama 2 jam dengan suhu 900, lalu polibag siap di isi dengan Spora jamur (F2).kemudian di diamkan selama 40 hari dan jamur akan tumbuh dengan ukuran 2cm.
  • Selama pertumbuhan bibit, dikondisikan ruangan dengan suhu yang lembab. Dengan cara dilakukan penyiraman pada lantai minimal sehari 1 kali. Kemudian dilakukan pensterilan dengan memberi polibag uap air 900 C atau dengan alat auto clup (dari bahan kaca) 1200 C untuk 1,5 kg/30 menit.
  • Bibit jamur yang terdapat pada polibag, didiamkan selama 1 bulan setelah melalui proses pembibitan dan pensterilisasi. Dihitung setelah didiamkan selama 1 bulan, maka bibit jamur pada polibag mulai merambat memenuhi serbuk kayu pada polibag.
  • Setelah 10 hari jamur tiram sudah bisa di panen. Setelah panen pertama dengan jarak 14 hari jamur akan tumbuh lagi dan seterusnya sampai akhir.
  • Setiap panen per polibag 5 s/d 7 kali panen tergantung dari suhu dan tempat atau kelembapan ruangan.



Kesimpulan & Saran
  1. Budi daya jamur tiram sudah banyak dibudidayakan di Indonesia.
  2. Perawatan jamur tiram ketika pertumbuhan bibit kelembapan dan suhu ruangan diatur sekitar 28-300 C.
  3. Pemasaran jamur tiram sudah menyebar hampir keseluruh wilayah di Indonesia.
  4. Sebaiknya petani diberi penyuluhan terlebih dahulu mengenai cara membudidayakan jamur tiram agar hasil yang diperoleh adalah jamur tiram unggulan.
  5. Sebaiknya mencoba untuk mengekspor jamur tiram agar pendapatan yang diperoleh dapat meningkat.

0 Komentar: