Kambing PE adalah salah satu penyedia protein hewani asal ternak berupa daging atau susu. Kambing PE merupakan persilangan antara kambing Etawah dan kambing kacang yang keberadaannya sudah adaptif dengan topografi di Indonesia (Tanius dan Setiawan, 2005). Kambing Etawah, dan keturunannya mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh tinggi, bagian hidung keatas melengkung, telinga menggantung ke bawah, panjangnya 15 - 30 cm dan sedikit kaku, warna bulu bervariasi antara hitam dan coklat. Ciri lainnya kambing jantan mempunyai bulu tebal agak panjang dibawah leher dan pundak, sedangkan bulu kambing betina agak panjang terdapat di bagian bawah ekor ke arah garis kaki, bobot badan hidup kambing PE jantan sekitar 40 - 45 kg dan kambing PE betina sekitar 35 kg (Ensminger, 2002). Kambing PE merupakan jenis kambing perah yang unggul, karena mempunyai kemampuan memproduksi susu sebanyak 1,5 - 3 liter per hari. Selain itu kambing PE sangat adaptif dengan topografi Indonesia, tidak memerlukan lahan luas, dan pembudidayaannya relatif mudah sehingga dapat dijadikan bisnis sampingan keluarga (Setiawan, 2002).
Pemanfaatan kambing di Indonesia baru terbatas sebagai penghasil daging, sedangkan sebagai penghasil susu masih sedikit. Kambing yang umumnya dipelihara adalah kambing Peranakan Etawah (PE), karena kambing ini merupakan salah satu jenis kambing yang menghasilkan susu untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Jenis kambing PE merupakan jenis kambing yang memiliki produktivitas tinggi dan daya tahan yang lebih baik. Kambing PE banyak dipelihara oleh masyarakat di Indonesia dan tersebar luas diseluruh wilayah pedesaan karena mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan mempertahankan diri terhadap lingkungan yang kurang baik.
Susu kambing merupakan cairan putih berasal dari binatang ternak ruminansia berjenis kambing perah yang diproduksi oleh kelenjar susu dari hewan mamalia betina. Susu diproduksi oleh kambing betina setelah beranak atau disebut masa laktasi. Salah satu kelebihan susu kambing adalah kandungan gizinya relatif lebih lengkap dan seimbang.. Komponen komponen yang penting dalam air susu adalah protein, lemak, vitamin, mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa mikroba. Susu merupakan produk pangan yang menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan kalsium (Ca) tubuh (Syarifah, 2007).
Komposisi air susu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis ternak dan keturunannya (hereditas), bulan laktasi, umur ternak, peradangan pada ambing, pakan ternak, lingkungan dan prosedur pemerahan susu. Lebih kentalnya susu dibandingkan air adalah karena banyaknya bahan kering yang terdapat didalamnya, seperti lemak, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral Saleh (2004). Secara kimiawi susu normal mempunyai susunan sebagai berikut: air (87,20%), lemak (3,70%), protein (3,50%), laktosa (4,90%), dan mineral (0,07%) SNI. Kandungan protein susu kambing relatif lebih tinggi, yaitu 4,3% dibanding susu sapi 3%, (Gunawan, E.2010).
Berat jenis merupakan sifat fisik susu yang dipengaruhi oleh komposisi susu, nilai protein dan lemak susu. Semakin kental susu maka semakin banyak jumlah padatan didalam susu yang akan meningkatkan berat jenis susu. Oleh karena itu,berat jenis dan kekentalan selalu berbanding positif. Menurut Herdiansyah (2011), jika berat jenis susu rendah maka kekentalan susu tersebut sangat rendah, namun sebaliknya. Susu kambing memiliki partikel lemak yang lebih kecil dan homogen sehingga mudah dicerna dan diserap. Besar kecilnya globula lemak ditentukan oleh kadar air yang ada didalamnya (Saleh, 2004). Kadar lemak susu kambing dipengaruhi oleh pakan hijauan, semakin tinggi pakan hijauan yang diberikan maka semakin tinggi pula kadar lemak susu (Zurriyanti et al., 2011). Menurut Sukarini (2006), bahwa ternak yang diberi pakan tambahan konsentrat akan menurunkan kadar lemak susu dan pakan yang hanya terdiri dari hijauan memiliki kadar lemak yang lebih tinggi dibanding pakan yang ditambah dengan konsentrat.
Menurut Suardana dan Swacita (2004), pengujian terhadap kualitas susu dapat dilakukan berdasarkan keadaan dan susunan susu. Pemeriksaan kualitas susu berdasarkan kandungan nutrisinya, antara lain meliputi berat jenis, kandungan protein, dan kandungan lemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Julmiaty (2002), bahwa kualitas susu dapat dilihat dari susunan dan keadaan proteinnya. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dalam penelitian ini akan diteliti tentang kualitas susu kambing PE ditinjau dari uji berat jenis, uji kandungan protein, dan uji kandungan lemak.
Berat jenis (BJ) digunakan untuk mengetahui grafitasi spesifik suatu larutan. Pengujian berat jenis dilakukan di laboratorium bioteknologi UMM dengan menggunakan lactodensimeter dan tabung ukur, susu dimasukan ke dalam tabung ukur sebanyak 500 ml kemudian memasukan lactodensimeter ke dalam tabung yang terisis susu. Nilai rata-rata berat jenis susu kambing pada setiap peternak di Kota Batu.
Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa susu kambing dari setiap peternak di Kota Batu memiliki berat jenis yang sama. Hal ini disebabkan karena jenis kambing yang sama yaitu kambing Peranakan Etawa (PE). Hal ini sesuai dengan pendapat Tasiprin (2011) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi berat jenis susu segar di antaranya umur dan jenis ternak.
Berat jenis susu segar peternak A sama dengan peternak B,C D dan E. Rata-rata berat jenis susu segar pada setiap peternak yaitu 1,03. Berat Jenis susu segar pada semua peternak tersebut berada diatas Standar Nasional Indonesia (SNI). Berat Jenis susu segar sesuai Stasndar Nasional Indonesia (SNI) dan Milk Codex yaitu 1,028. Susu mempunyai berat jenis yang lebih besar dari air yaitu 1,027 – 1,035 dengan rata-rata 1,031. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati oleh para ahli gizi dan kesehatan sedunia, walaupun di setiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri (Saleh, 2004).
Jumlah pemberian pakan dan jenis pakan yang berbeda serta perbedaan periode laktasi tidak berpengaruh terhadap berat jenis susu kambing Peranakan Etawa (PE) di setiap peternak di Kota Batu. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Atmaja (2011) yang menyatakan bahwa penurunan berat jenis susu segar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : makanan, perubahan kondisi kadar lemak, adanya gas-gas yang timbul dalam susu, protein, laktosa, jenis ternak, usia ternak, dan kesehatan lingkungan.
Semakin besar berat jenis pada susu semakin bagus karena komposisi atau kandungan dari susu tersebut masih pekat dan kadar air dalam susu adalah kecil, sedangkan semakin banyak lemak pada susu maka semakin rendah berat jenis-nya, semakin banyak persentase bahan padat bukan lemak, maka semakin berat susu tersebut (Hadi, 2008).
Bermanfaat..
BalasHapusjudi sabung ayam
BalasHapusDaftarkan diri anda dan teman anda bersama BOLAVITA
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
whatup : 08122222995