Budidaya dan Analisis Usaha Tani Buncis (Phaseolus vulgaris l.)





PENDAHULUAN
Kacang Buncis berasal dari Amerika. Saat ini kacang buncis telah ditanam di seluruh wilayah Indonesia. Selain kacang buncis yang merupakan tipe merambat (mencapai tinggi 2-3 meter) dikenal pula jenis lain tipe tegak (tinggi 50-60 cm) dengan nama kacang jago atau kacang merah kedua tipe tanaman ini mempunyai nama ilmiah yang sama yaitu Phaseolus vulgaris l..
Tipe tegak dibedakan 2 macam yaitu:
Ø  Kacang jago/kacang merah atau Rode boon, biji berwarna merah/merah berbintik putih, tinggi 30 cm, dipanen polong tua atau biji.
Ø  Kacang coklat atau Bruine boon, biji berwarna ungu, coklat, tinggi 40 cm, buahnya dipanen polong muda maupun polong tua (biji).
Varietas buncis yang beredar di pasaran sangat beraneka ragam, mulai dari varietas lokal, varietas nasional, maupun introduksi dari negara lain. Biji kacang buncis mengandung protein 21-27% sehingga baik untuk kesehatan.
Tanaman buncis menyuburkan tanah, akarnya bersimbiose dengan bakteri Rhizobium sp. yang dapat mengikat nitrogen bebas (N2) dari udara sehingga meningkatkan ketersediaan unsur nitrogen dalam tubuh.
SYARAT TUMBUH
Ø  Cocok pada tanah gembur, subur dan berdrainase baik.
Ø  Kemasaman tanah (pH) 5,5-6.
Ø  Tumbuh baik pada ketinggian 200-1.500m dpl. (tergantung varietasnya).
Ø  Curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun.

TEKNIS BUDIDAYA
1.      Benih
Benih yang digunakan harus memenuhi syarat tertentu yakni, daya tumbuh minimal 80-85%, bentuk utuh, bernas, warna mengkilat, bebas dari hama penyakit, seragam dan tidak tercampur dengan varietas lain.

2.      Pengolahan tanah
Lahan dibersihkan dan diolah dengan baik. Pada daerah yang sering tergenang perlu dibuatkan drainase. Lahan yang telah diolah/dicangkul 20-30 cm selanjutnya dibuatkan bedengan dengan ukuran panjang sekitar 5  meter, lebar 1 meter dan tinggi 20 cm. Jarak antara bedengan 40-50 cm. Untuk lahan yang tidak luas bedengan dapat diganti pembuatan guludan dengan lebar 20 cm, tinggi 15 cm dan jarak antara guludan 50 cm. Untuk meningkatkan kesuburan tanah, maka pada saat pembuatan bedeng diberikan pupuk dasar berupa pupuk kandang atau kompos sebanyak 15-20 kg/10 m2 dan pupuk organik/buatan masing-masing 200 grm Urea, 600 grm SP36 dan 120 KCl untuk 10 m2. Pada saat pemberian pupuk dasar dapat pula diberi nematisida untuk mencegah serangan nematode, nematisida seperti Furadan 3 G dan Curater 3 G dengan dosis 17 kg/Ha atau 17 grm/10 m2.
3.      Penanaman
Jarak tanam untuk kacang buncis adalah 20 x 50 cm atau 20 x 40 cm, dengan kedalaman lubang tanam 4-6 cm. Tiap lubang tanam diisi 2-3 butir benih, setelah itu lubang tanam ditutup.
4.      Pemupukan
Untuk menjamin keberhasilan pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal, perlu dilakukan pemupukan agar tersedia unsur hara yang cukup di dalam tanah. Pemupukan dilakukan pada umur tanaman 14-21 hari setelah tanam dengan pupuk Urea sebanyak 200 kg/Ha atau 200 gram per 10 m2 dengan cara menugal 10 cm di samping tanaman. Setelah pemberian pupuk, lubang tugal ditutup agar pupuk yang diberikan tidak menguap ke udara.
5.      Penyulaman
Bila tanaman tidak tumbuh setelah 5 hari, perlu dilakukan penyulaman. Penyulaman sebaiknya dilakukan di bawah 10 hari setelah tanam agar pertumbuhan tanaman di lapangan tidak berbeda jauh.
6.      Pengguludan
Peninggian guludan atau bedengan dilakukan pada saat tanaman berumur lebih 20 dan 40 hari. Lebih baik dilakukan pada saat musim hujan. Tujuan dari peninggian guludan adalah untuk memperbanyak akar, menguatkan tanaman dan memelihara struktur tanah.
7.      Pemasangan turus atau lanjaran
Tanaman buncis tipe menjalar harus diberikan turus atau lanjaran. Turus/lanjaran dari kayu atau bambu dengan panjang 2 m, pemsangannya pada umur tanaman 20 hari setelah tanam. Setiap 2 batang turus yang berhadapan diikat menjadi satu ujungnya.
8.      Pemangkasan
Untuk memperbanyak ranting-ranting tanaman agar diperoleh buah yang banyak, tanaman buncis perlu dipangkas setelah tanaman berumur 2 atau minggu. Pucuk-pucuk tanaman hasil pemangkasan dapat dijadikan sayur.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Beberapa hama dan penyakit penting yang sering menyerang tanaman buncis adalah:
Ø  Kumbang daun (Henosepilachna signatipennis). Hama ini menyerang daun sehingga berlubang-lubang, kadang-kadang tinggal kerangka dan tulang daun. Tanaman menjadi kerdil dan polongnya kecil-kecil. Kumbang meletakkan 20-50 butir telur berwarna kuning di permukaan daun, setelah 4-5 hari larvanya menetas dan memakan daun, tangkai dan batang tanaman, setelah stadia larva akan berubah menjadi kumbang dewasa yang sangat rakus memakan daun tanaman. Pengendaliannya ialah dengan cara membunuh langsung kumbang dan telurnya dengan tangan, atau dengan menggunakan insektisida Lannate 25 WP atau insektisida lain dengan dosis sesuai anjuran.
Ø  Lalat kacang (Agromyza phaseoli). Menyerang tanaman pada awal pertumbuhan, gejalanya daun berlubang pangkal batang membengkok atau pecah, tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati. Apabila tidak mati, tanaman akan tumbuh kerdil dan produksinya sedikit. Lalat betina meletakkan telurnya pada keping-keping biji yang baru berkecambah (umur 6-7 hari). Pengendalian dilakukan seawall mungkin yakni dengan memberikan mulsa penutup tanah atau penyemprotan dengan insektisida sesuai dengan jenis anjuran seperti Azordin 15 WSC, yang dilakukan 2-3 kali sampai tanaman berumur 20 hari.
Ø  Ulat penggulung daun (Lamprosema indicate). Daun yang terserang seperti menggulung dan terdapat ulat yang dilindungi oleh benang-benang sutra dan kotoran. Hama meletakkan telur di bawah permukaan daun, setelah menetas keluar ulat berwarna kehijauan dengan garis-garis kuning. Selain memakan daun juga tulang daun sehingga tinggal urat-uratnya saja. Pengendalian dapat dilakukan dengan Azordin 15 WSC dengan dosis 2-3 cc/liter air. Penyemprotan dilakukan setiap 7 hari sampai serangan berkurang.
Ø  Penyakit Antraksona. Penyakit menyerang polong buncis muda berupa bercak-bercak berwarna coklat. Pada kondisi lembab akan semakin berkembang, kemudian bercak akan kelihatan seperti luka bernanah. Penyakit disebabkan oleh cendawan Colletorichum lindemuthianum. Pencegahan dapat dilakukan dengan merendam benih dalam fungisida Agrosid 50 SD sebelum tanam. Pengendaliannya melalui pergiliran tanaman dengan tanaman lain seperti kubis, sawi, dan lain-lain. Penyemprotan dengan fungisida Delsene MX-2000 konsentrasi 1-2 grm/liter air, atau fungisida lain sesuai anjuran.
Ø  Penyakit Embun Tepung. Penyakit ini menyerang daun, batang, bunga dan buah. Gejala yang diperlihatkan adanya lapisan putih keabuan (seperti beludru). Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Erysiphe polygoni. Serangan yang berat menyebabkan polong gugur dan tidak memberikan produksi. Pengendaliannya yakni tanaman yang telah terserang sebaiknya disemprot dengan fungisida Morestan 25 WP dengan konsentrasi 0,5-1 cc/liter air yang diulang 1-2 minggu sekali atau menggunakan fungisida lain dengan dosis sesuai anjuran.
Ø  Penyakit layu. Tanaman akan terlihat layu, menguning dan kerdil. Bila batang tanaman dipotong akan terlihat warna coklat dan kalau dipijat keluar lendir berwarna putih. Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas sollanacearum. Pengendalian dengan penyemprotan menggunakan bakterisida Agrept 20 WP dengan konsentrasi 0,5-1 cc/liter air. Bila gejala seperti di atas tetapi bila dipijit tidak mengeluarkan lendir, maka penyebabnya adalah cendawan Fucarium oxyparum. Pengendalian dengan menggunakan Dithane M 45 dengan dosis sesuai anjuran.
Ø  Penyakit busuk lunak. Gejala serangan ialah adanya bercak warna coklat di permukaan daun dan berair, cepat menjalar ke seluruh bagian tanaman sehingga tanaman menjadi lunak, berlendir dan berbau busuk. Bila menyerang batang tanaman akan roboh. Penyebabnya adalah bakteri Erwinia carotopora, masuk ke jaringan tanaman melalui luka akibat gigitan serangga/ulat. Dapat pula menyerang buah yang sudah dipetik pada tempat penyimpanan. Penyakit busuk dapat pula disebabkan oleh cendawan Sclerotonia sclelrotiurum. Pengendaliannya, bagi tanaman yang terserang hebat tanaman dibongkar dan dibakar, untuk pencegahan dilakukan penyemprotan dengan Cupravi OB-21 dengan konsentrasi 4 grm/liter air atau Delsene MX 200 konsentrasi 2-3 cc/liter air. Penyemprotan dilakukan 7-10 hari sekali.
Ø  Penyakit ujung keriting. Gejala serangan daun-daun muda menjadi keriting dan berwarna kuning sedang daun yang tua menggulung atau memilin. Daun terasa kaku, tangkai daun mengeriting ke bawah dan batang tidak normal. Tanaman muda yang terserang menjadi kerdil. Penyebabnya adalah virus mosaic keriting yang ditularkan melalui kutu loncat dari famili Yassidae. Pengendaliannya adalah mencabut tanaman yang terserang dan membakarnya. Pencegahan terhadap serangga vector (kutu loncat) dengan menggunakan Azordin 15 WSC, Bayrusin 250 EC atau jenis insektisida lain sesuai dosis anjuran.

P A N E N
Tanaman mulai dipanen pada umur tanaman 60 hari. Polong yang siap dipanen memperlihatkan ciri-ciri tertentu, sebagai berikut:
-          Warna polong agak muda dan suram.
-          Permukaan kulitnya agak kasar.
-          Biji dalam polong belum menonjol.
-          Bila polong dipatahkan akan menimbulkan bunyi letup.
Pelaksanaan panennya dapat dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 2-3 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polong yang seragam dalam tingkat kemasakannya. Cara panen yang dilakukan biasanya dengan cara dipetik dengan tangan. Penggunaan alat seperti pisau dihindari karena dapat menimbulkan luka pada polongnya. Kalau hal ini terjadi maka cendawan atau bakteri dapat masuk ke dalam jaringan, sehingga kualitas polong menurun.
Bila pelaksanaan budidaya tanaman buncis ditangani dengan baik, maka diharapkan produksi perhektar dapat mencapai 150 kuintal atau 15 ton polong segar.

ANALISIS USAHA TANI (Contoh)
Analisa usaha tani tanaman buncis secara kasar untuk luas areal 1 Ha adalah sebagai berikut:
Pengeluaran:
A.    Tenaga Kerja
1. Pengolahan tanah 100 HKO           @ Rp. 10.000,-      = Rp. 1.000.000,-
2. Penanaman 20 HKO                      @ Rp. 10.000,-      = Rp.    200.000,-
3. Pemupukan 20 HKO                      @ Rp. 10.000,-      = Rp.    200.000,-
4. Penyiangan 10 HKO                       @ Rp. 10.000,-      = Rp.    100.000,-
5. Perlindungan tanaman 10 HKO       @ Rp. 10.000.-      = Rp.    100.000,-
6. Panen 20 HKO                               @ Rp. 10.000,-      = Rp.    200.000,-
7. Pasca panen 10 HKO                     @ Rp. 10.000,-      = Rp.    100.000,-
8. Lain-lain                                                                         = Rp.    200.000,-
                                                            Jumlah A              = Rp. 2.100.000,-
B.     Biaya Produksi
1. Benih 10 Kg                                    @ Rp. 30.000,-      = Rp.    300.000,-
2. Pupuk Urea 150 Kg                        @ Rp.    4.000,-      = Rp.    600.000,-
3. Pupuk SP 36, 150 Kg                     @ Rp.    4.000,-      = Rp.    600.000,-
4. Pupuk KCl, 75 Kg                          @ Rp.    4.000,-      = Rp.    300.000,-
5. Pupuk Kandang, 10.000 Kg            @ Rp.       200,-      = Rp. 2.000.000,-
6. Pestisida                                          @ Rp. 50.000,-       = Rp.    150.000,-
                                                            Jumlah B               = Rp. 3.950.000,-
Total Biaya Produksi (A + B)                                          = Rp. 6.050.000,-

Pemasukan:
Hasil panen = 8.500 kg polong muda @ Rp. 1.000,-         = Rp. 8.500.000,-
Pendapatan:
Berdasarkan pengeluaran dan pemasukan di atas, dapat dihitung pendapatan petani yakni:
Pendapatan = Pemasukan – Pengeluaran    = Rp. 8.500.000,- - Rp. 6.050.000,-
                                                                    = Rp. 2.450.000,-

0 Komentar: