Strategi Pengembangan Pertanian Organik (2)


PENTINGNYA PERTANIAN ORGANIK

Revolusi hijau ternyata membawa dampak negatif bagi lingkungan. Pupuk dan obat-obatan kimia yang digunakan telah mematikan tanah dan merusak ekologi. Ada begitu banyak kehidupan di dalam tanah yang mati, yang berguna untuk menyuburkan tanah. Predator hama ikut mati sehingga ketergantungan terhadap pestisida semakin besar. Bahkan obat-obatan tersebut juga berbahaya bagi para pelaku pertanian. Satu hal yang harus dicacat, pertanian semaju apapun sangat tergantung kepada perilaku alam sekitar. Dengan teknologi yang tepat ketergantungan ini dapat dikurangi tetapi tidak dapat dihilangkan. Fakta ini yang menurut Notohadiningrat, 1993, yang membedakan antara pertanian dengan industri lain. Karena tergantung pada lingkungan alam, suatu kemunduran atau kerusakan lingkungan alam karena penggunaan salah akan langsung berbalik berdampak merugikan bagi pertanian.

Produk pertanian yang dihasilkan membawa akibat buruk bagi kesehatan konsumennya. Revolusi hijau semakin menghilangkan kemandirian petani. Dalam memenuhi kebutuhan pertanian, petani harus mengeluarkan begitu banyak sumber kapital / dana. Usaha pertanian yang dikerjakan belum secara signifikan mensejahterakan petani sehingga minat generasi muda untuk menekuni bidang pertanian terus turun dari waktu ke waktu. Revolusi hijau tidak ramah lingkungan dan sosial karena dikembangkan dalam sistem kapitalisme.

Pertanian organik dinilai sebagai sistem pertanian yang mampu menyediakan ketersediaan pangan secara berkelanjutan karena ramah lingkungan. Pertanian organik tidak identik dengan pertanian tradisional. Dalam menjalankan pertanian organik, petani dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Para petani sudah kehilangan beberapa kearifan lokal sebagai ilmu pengetahuan yang penting karena sudah sekian lama dikondisikan melakukan pertanian konvensional. Pengetahuan lokal tentang mengelola dan memproduksi pupuk tidak lagi dikuasai para petani. Sumber daya lokal berupa material yang tersedia melimpah sebagai bahan pupuk organik tidak lagi dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Para petani tidak lagi membenihkan sendiri bibit padi yang akan mereka tanam. Memelihara keseimbangan antara musuh alami dan hama tidak lagi merupakan sesuatu yang penting untuk dilakukan.

KENDALA PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK

Pembangunan pertanian berbasis revolusi hijau yang dilaksanakan selama ini ternyata belum mampu mengangkat kesejahteraan petani. Dengan model pertanian yang dikembangkan selama ini menjadikan petani semakin tergantung akan bibit unggul hasil rekayasa genetika, pupuk kimia dan insektisida. Begitu besar pengeluaran yang harus ditanggung petani untuk menjalankan usaha pertaniaannya. Di satu sisi petani tidak bisa lepas dari pertanian konvensional yang dikembangkan selama ini bahwa pertanian hanya bisa dilakukan dengan mengandalkan bibit unggul hasil rekayasa genetika, pupuk buatan dan pestisida. Dengan kenyataan ini, pertanian organik memang tidak mudah untuk dilaksanakan. Menurut Husnain, dkk, 2005, berbagai kendala dalam pengembangan pertanian organik adalah sebagai berikut :

1. Pertanian organik dipandang sebagai sistem pertanian yang merepotkan.
Salah satu kendala bagi pengembangan pertanian organik karena para petani konvensional sudah terbiasa menggunakan pupuk dan pestisida kimia bahkan sampai beranggapan tanpa ke dua hal tersebut usaha pertanian yang sedang dijalankan tidak akan berhasil dengan baik. Revolusi hijau memberikan banyak kemudahan semu salah satunya pupuk kimia mudah diaplikasikan di lapangan dan tidak banyak membutuhkan tenaga. Petani tidak mau repot lagi dalam menjalankan usaha pertanian mereka. Petani menginginkan sesuatu yang mudah dan cepat.

2. Ketrampilan petani masih kurang.
Para petani konvensional sering kali mengalami kekhawatiran akan mengalami kesulitan dalam memperoleh pupuk organik ketika akan memulai pertanian organik. Sumber pupuk yang digunakan dalam pertanian organik dapat berupa limbah pertanian misalnya jerami, limbah peternakan maupun dari berbagai serasah tumbuhan dan pepohonan. Berbagai materi tersebut dapat digunakan menjadi pupuk baik yang melalui proses perlakuan tertentu maupun yang langsung digunakan. Untuk membuat kotoran hewan atau bahan – bahan organik lainnya menjadi pupuk yang siap pakai membutuhkan perlakuan khusus dengan menambahkan beberapa materi lain dan membutuhkan kurun waktu tertentu. Disisi yang lain para pelaku pertanian organik belum menguasai teknik membuat pupuk dan pestisida organik secara memadai dan ada keengganan untuk melaksanakan hal tersebut karena dirasakan sebagai sesuatu yang merepotkan. Kebanyakan petani organik tidak melakukan pengolahan terhadap pupuk kandang atau kompos terlebih dahulu sebelum di tebar di sawah. Apabila pupuk sudah dalam kondisi kering dan tidak berbau sebagaimana aslinya sudah dianggap layak untuk dibawa ke sawah. Kondisi pupuk yang demikian sebetulnya belum siap digunakan sehingga membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengurai zat-zat organik yang ada dalam pupuk tersebut. Hal ini seringkali mengakibatkan tanaman padi tampak kuning dan kurang subur. Keadaan semacam ini bukan promosi yang baik bagi para petani non organik sehingga menimbulkan persepsi di kalangan petani non organik bahwa kondisi tanaman yang demikian karena dikelola secara organik.

3. Persepsi yang berbeda mengenai hasil.
Sebagian besar petani masih menyakini bahwa hasil pertanian diukur dari jumlah produksi / tonase yang diperoleh. Semakin banyak hasil panen yang diperoleh diyakini oleh sebagian besar petani akan memberikan hasil atau keuntungan yang lebih besar pula. Para petani belum melihat selisih nilai jual dari produk yang mereka hasilkan.

4. Petani mengalami saat kritis.
Waktu tanam yang pertama sampai dengan waktu tanam yang ketiga oleh para petani organik sering dirasakan sebagai saat kritis dan berat. Pada panenan pertama sampai ketiga dengan diterapkannya budidaya secara organik akan mengakibatkan turunnya produksi. Pernurunan produksi berbanding lurus dengan pola penggunaan pupuk kimia sebelumnya. Semakin banyak pupuk kimia digunakan maka akan semakin besar pula penurunan hasil panen. Hal ini sering dirasakan sebagai masa yang sangat berat khususnya oleh petani penggarap. Hal ini pula yang merupakan pertimbangan pemilik lahan untuk memperbolehkan atau tidak sawahnya dikelola secara organik.

5. Lahan pertanian organik belum terlindungi.
Penerapan pertanian organik secara ideal berada pada suatu lokasi yang bebas dari cemaran. Dalam kondisi sekarang hal itu sulit diwujudkan karena air yang digunakan adalah irigasi bersama. Asupan zat-zat kimia yang diberikan pada lahan sawah yang dekat dengan irigasi akan terbawa kemana air akan mengalir. Sehingga meskipun seorang petani tidak menggunakan pupuk dan obat kimia maka akan memperoleh cemaran dari petak lain yang menggunakan zat-zat tersebut. Saat ini banyak lahan pertanian yang disewa oleh petani pebisnis maupun pemodal asing untuk kegiatan hortikultura. Sistem pertanian yang dikembangkan sangat banyak menggunakan pupuk dan obat kimia. Sekalipun lahan hortikultura tersebut pada lokasi yang terisolasi apabila ada hujan maka zat-zat kimia tersebut akan terbawa kemana-mana dan mencemari lingkungan.

6. Pembangunan pertanian belum terintegrasi dengan pembangunan peternakan.
Kebanyakan petani tidak lagi memelihara ternak. Kondisi yang demikian membuat khawatir para petani konvensional bahwa mereka akan mengalami kesulitan apabila akan melaksanakan pertanian organik karena masih harus juga membeli pupuk. Disisi yang lain berbagai bantuan ternak dari pemerintah belum diintegrasikan dengan potensi pertanian sehingga belum optimal dalam mendukung pembangunan pertanian.

7. Kegagalan menjaga kepercayaan pasar.
Masalah pemasaran dan menjaga kepercayaan pasar sering kali menjadi penyebab bubarnya kelompok- kelompok pertanian organik karena tidak dipercaya lagi oleh pasar. Selama ini produk organik khususnya beras dijual pada suatu jaringan tertentu yang dikembangkan oleh kelompok. Para konsumen dapat disebut sebagai pelanggan. Banyak kelompok atau pelaku pertanian organik yang gulung tikar karena tidak mempunyai jaringan pemasaran atau karena kehilangan kepercayaan dari pasar.

8. Dukungan pemerintah masih kurang.
Kehidupan para petani dari waktu ke waktu semakin terpuruk. Hal ini menurut Rama Kirjito karena belum ada kebijakan pemerintah yang berpihak kepada petani. Petani dibiarkan berjuang sendirian. Para petani melakukan kegiatan pertanian hanya sekedar untuk bertahan bisa makan. Saat ini semakin sedikit petani yang mampu menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke jenjang perguruan tinggi. Isu ketahanan pangan hanyalah sesuatu yang bersifat politis karena dalam kenyataannya kita masih tetap bisa makan. Ini dimunculkan supaya seolah-olah ada kepedulian dari pemerintah kepada para petani. Karena berbagai persoalan ini menjadi kurang relevan untuk berbicara mengenai pertanian organik atau non organik. Dalam pandangan Rama Kirjito, saat ini Pertanian Organik sulit dijadikan perjuangan politik. Aspirasi petani tidak pernah diangkat dalam konstelasi politik.

STRATEGI PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK

Setelah melakukan kajian terhadap kendala-kendala yang ada maka pengembangan pertanian organik dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

» Perluasan lahan bekerjasama dengan pelanggan tetap untuk menjamin pasokan.
Model kerja sama penyediaan lahan pertanian organik bekerja sama dengan pelanggan bukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Dengan model kerja sama ini maka ada banyak hal yang bisa dicapai. Beberapa keuntungan yang dapat diraih tersebut antara lain :
  • Pelanggan akan memperoleh jaminan pasokan akan beras organik yang mereka butuhkan dengan jaminan kualitas yang tidak diragukan.
  • Keberlanjutan pengelolaan lahan secara organik dapat lebih dipertahankan selama ada ikatan kerja sama.
  • Model kerja sama antara pemilik lahan dan petani penggarap / buruh yang selama ini lazim berlaku adalah dengan sistem bagi hasil dan seluruh biaya produksi ditanggung oleh petani buruh / penggarap. Model kerja sama yang akan dikembangkan dapat diarahkan kepada sistem bagi hasil yang lebih memberi keuntungan kepada petani buruh / penggarap. Hal ini dimungkinkan karena orientasi para pelanggan bukan semata-mata keuntungan ekonomi.
» Pemberian insentif atau kompensasi bagi para petani yang melaksanakan pertanian organik untuk pertamakalinya.
Insentif atau kompensasi perlu dilakukan untuk membantu para petani menanggung kerugian yang diakibatkan oleh penurunan tingkat produktivitas lahan ketika mengawali budidaya secara organik. Penurunan produktivitas lahan semakin nyata dirasakan oleh para petani terlebih apabila tidak diberlakukan masa konversi di mana pupuk kimia dan pestisida kimia tidak dipergunakan lagi ketika mengawali budidaya secara organik untuk pertama kalinya.

» Bekerjasama dengan kelompok tani semi organik untuk melakukan budidaya secara organik.
Para pelaku pertanian semi organik yang telah siap untuk melaksanakan budidaya pertanian secara organik dapat dibantu dalam hal pemasaran karena akan sulit apabila harus memasarkan dua produk pertanian yaitu semi organik dan organik pada jaringan pasar yang sama. Selama ini diantara para pelaku pertanian ramah lingkungan tersebut belum terjadi kerjasama bahkan masing-masing lebih bersifat tertutup dan eksklusif.

» Pembuatan demplot / percontohan pertanian organik.
Pembuatan demplot atau percontohan pertanian organik sering kali menjadi sarana yang efektif untuk menginformasikan hal-hal baru yang akan dikembangkan atau disosialisasikan kepada para petani. Para petani akan lebih mudah menerima sesuatu yang baru apabila ada contoh nyata yang bisa dilihat dan dibandingkan dengan praktek pertanian yang selama ini dilaksanakan.

Apabila melalui demplot tersebut para petani melihat beberapa keunggulan atau kelebihan maka petani akan lebih proaktif dan antusias mencari informasi dan lebih tergerak untuk mencoba praktek pertanian tersebut. Pembuatan demplot tidak harus dikelola secara khusus tetapi bisa menggunakan lahan sawah anggota yang sudah dikelola secara organik dengan baik.

» Mengintegrasikan bidang pertanian dan peternakan.
Pembangunan pertanian organik tidak dapat dipisahkan dari pembangunan di bidang peternakan. Para petani organik yang memelihara ternak khususnya ternak ruminansia merupakan kondisi yang ideal. Ternak yang dipelihara tersebut dapat dimanfaatkan kotorannya sebagai bahan pupuk organik dan sekaligus dapat dimanfaatkan tenaganya untuk mengolah tanah.

» Pelatihan peningkatan ketrampilan pengolahan dan pembuatan pupuk dan pestisida alami memanfaatkan potensi lokal.
Pertanian organik tidak identik dengan pertanian tradisional. Para petani organik harus menguasai berbagai ketrampilan dalam melakukan pengolahan dan pembuatan pupuk dan pestisida alami bertumpu pada potensi atau sumberdaya lokal yang ada sesuai dengan perkembangan teknologi yang dianjurkan dalam pertanian organik. Apabila para petani organik memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengelola, mengolah dan membuat pupuk dan pestisida alami maka dengan sendirinya akan meningkatkan teknik budidaya pertanian organik ke arah yang lebih optimal.

» Menjaga kepercayaan pasar.
Menjaga kepercayaan pasar merupakan suatu hal yang mutlak harus dilakukan dengan memelihara kualitas dari produk yang dihasilkan.

» Harus ada dukungan dari pemerintah.


-- ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ --

Berdasarkan situasi yang berkembang saat ini beberapa saran yang dapat disampaikan kepada Pemerintah adalah hal-hal sebagai berikut :

  1. Melakukan sosialisasi yang lebih intensif dan berbagai pelatihan mengenai pertanian organik berkerja sama dengan berbagai kelompok, LSM, tokoh perseorang yang selama ini sudah berkecimpung dalam pengembangan pertanian organik.
  2. Memberikan insentif atau kompensasi bagi para petani yang baru memulai praktek budidaya organik. Insentif ini bisa dengan dukungan dana APBD atau dari sumber dana lainnya supaya kegairahan petani untuk melaksanakan pertanian organic menjadi semakin berkembang. Selain untuk memacu kegairahan, insentif juga bisa dilihat sebagai upaya perbaikan lingkungan.
  3. Mengembangkan model-model kerjasama yang baru yang berpeluang lebih besar untuk dapat mensejahterakan para petani.
  4. Mengembangkan demplot pertanian organik sehingga memungkinkan bagi banyak orang untuk belajar bagaimana praktek bududaya pertanian organik dapat dilaksanakan dengan baik.
  5. Berbagai bantuan berupa ternak baik berupa hibah maupun dengan sistem perguliran dialokasikan untuk daerah – daerah sentra pertanian organik.

« Bagian Pertama