Pengaruh Penggunaan Inokulum Mikoriza Vesikular-Arbuskular Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau



Indonesia terdiri dari berbagai macam lapisan masyarakat. Masyarakat di Indonesia masih banyak yang terdiri dari kalangan menengah ke atas karena sering tidak stabillnya perekonomian. Mayoritas masyarat Indonesia bermata pencaharian di bidang agraris. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia terdiri dari wilayah pertanian yang sangat luas, dan banyak sekali peluang di bidang tersebut. Pada zaman sekarang banyak sekali masyarakat yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi empat sehat lima sempurna, padahal dari sektor pertanian yang luas banyak sekali hal yang bisa dilakukan untuk memenuhi masalah kebutuhan nutrisi tersebut.

Salah satu sumber nutrisi yang penting adalah protein (Anonim, 2010) menyebutkan bahwa pemenuhan protein pada masyarakat Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Hal tetrsebut dikarenakan daya beli masyarakat akan makanan yang mengandung protein tinggi sangat kurang. Protein banyak terdapat paada daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan. Para masyarakat dari kalangan menengah ke bawah biasanya kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan protein dari daging atau ikan karena masalah harganya yang tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan protein sehari-hari, biasanya masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengandung protein tetapi harganya lebih terjangkau.

Salah satu makanan yang megandung protein tinggi tetapi bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat adalah kacang hijau. Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi (Anonim, 2010). 

Protein yang terkandung dalam kacang hijau sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Kacang hijau dapat tumbuh di hampir semua jenis tanah. Daerah Indonesia terdapat beberapa jenis tanah yang dapat digunakan untuk media bertanam kacang hijau, tetapi ada beberapa jenis tanah yang kurang cocok digunakan untuk bercocok tanam. Salah satu jenis tanah yang kurang cocok untuk budidaya kacang hijau adalah jenis tanah pasir pantai. Pasir pantai kurang bisa menangkap dan menyimpan air yang kemudian digunakan untuk kebutuhan tanaman, padahal jika semua jenis tanah dapat digunakan untuk budidaya tanaman maka produksi kacang hijau akan lebih maksimal dan kebutuhan protein pun akan terpenuhi dengan baik. Salah satu cara yang dapat digunakan agar media pasir lebih maksimal adalah dengan pemberian inokulum mikoriza. Mikoriza adalah termasuk kelompok endomikoriza yaitu suatu cendawan tanah yang bersifat simbiotik obligat dengan akar tanaman yang telah diketahui mempunyai pengaruh yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, karena dapat meningkatkan serapan hara (Jawal, dkk. 2007).

Mekanisme hubungan antara Cendawan Mikoriza Arbuskula atau biasa disingkat CMA dengan akar tanaman adalah sebagai berikut, pertama-tama spora CMA berkecambah dan menginfeksi akar tanaman, kemudian di dalam jaringan akar CMA ini tumbuh dan berkembang membentuk hifa-hifa yang panjang dan bercabang. Jaringan hifa ini memiliki jangkauan yang jauh lebih luas daripada jangkauan akar tanaman itu sendiri. Hifa CMA yang jangkauannya lebih luas ini selanjutnya berperan sebagai akar tanaman dalam menyerap air dan hara dari dalam tanah (M. Jawal, dkk. 2007). Dengan adanya penambahan inokulum mikoriza (CMA) tersebut maka budidaya tanaman kacang hijau pada pasir pantai dapat lebih maksimal karena mikoriza dapat membantu penyerapan air pada akar tanaman.

TINJAUAN PUSTAKA

Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah. ( Adi sarwanto,1993).

Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Diperkirakan kacang hijau di Indonesia berasal dari India, di introduksi pada awal abad ke-7, bersamaan dengan adanya hubungan dagang dan keagamaan anmtara Indonesia dan India. Di India, kacang hijau sudah dibudidayakan sejak beberapa abad sebelum masehi ( paroda dan Thomas,1988). Tanaman kacang hijau termasuk famili Leguminosae yang banyak varietasnya. Taksonomi tanaman kacang hijau diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae ( berbiji tertutup)
Class : Dicotyledonae ( biji berkeping dua)
Ordo : Polypetalae
Famili : Papilionidae
Genus : Vigna
Spesies : Phaseolus radiatus L
Sumber Rahmat rukmana, 1997

Kerabat dekat kacang hijau adalah kacang hijau India (P.mungo), kratok (P. Lunatus L.), kacang merah (P.Vulgaris L), kacang kapri ( pisum sativum L). Di Indonesia terdapat plasma nutfah kacang hijau siperkirakan lebih dari 2000 varietas, tetapi varietas yang unggul yang sudah dilepas masih sedikit. (Rahmat Rukmana, 1997).

Tipe pertumbuhan kacang hijau umumnya dapat dibedakan menjadi tipe determinit, dan indeterminate dengan sifat pertumbuhan yang tegak, agak tegak atau menyebar. Tipe determinit adalah tipe tanaman yang ujung batangnya tidak melilit,pembungaanya singkat, serempak, dan pertumbuhan vegetatifnya berhenti setelah tanaman berbunga, sedangkan indeterminit dengan ditandai dengan ujung batang yang melilit, pembungaan berangsur-angsur dari pangkal ke bagian pucuk dan pertumbuhan vegetatifnya terus berlanjut setelah berbunga.

Perakaran tanaman kacang hijau bersifat akar tunggang,di mana akar- akar lateralnya tegak lurus pada akar tunggak (Sarwanto, Adi. 1993) membedakan sistem perakaran kacang hijau menjadi dua macam, yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak akar cabang pada permukaan tanah, dan biasanya tipe pertumbuhannya menyebar (spreading). Sedangkan xerophytes akar cabangnya lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah serta akar tunggangnya lebih panjang.

Batang tanaman kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku, dan tiap buku menghasilkan satu tangkai daun kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun yang berhadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal serta tidak bertangkai dan biasa disebut sebagai epikotil. Pada batang utama terdapat beberapa cabang yang biasanya muncul dari buku bagian bawah. Batang dan cabang tersebut berwarna hijau muda, hijau tua, ungu muda maupun ungu tua.

Daun kacang hijau letaknya berseling ( alternate) dan dapat dibedfakan menjadi dua macam, yaitu daun pertama (primary leaves) yang merupakan dua daun tunggal yang letaknya berhadap-hadapan pada batang utama. Daun pertama ini berbentuk oval (ovate) atau agak lancip. Warna daun kacang hijau ada yang berwarna hijau muda maupun hijau tua.

Tanaman kacang hijau termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri ( self pollination) dan mulai menghasilkan bunga pada minggu ke-6 atau ke-8 setelah tanam. Bunganya bersifat cleistogamy, yaitu bunga mekar setelah terjadinya penyerbukan. Bunga kacang hijau berkelamin sempurna (hermaphrodite) berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning. 

Buah polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih dengan ujung runcing atau tumpul. Panjangnya antara 6 cm-15 cm, berisi 10-15 biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat dan umumnya lebih kecil dibandingkan dengan biji kacang-kacangan lain, dengan bobot (berat) tiap butir 0,5 mg – 0,8 mg atau berat per 1000 butir antara 36g – 78g, berwarna hijau sampai hijau mengggilap.( Rahmat Rukmana, 1997).
Mikoriza berasal dari kata Miko (Mykes=Cendawan) dan Riza yang berarti Akar tanaman. Struktur yang terbentuk dari asosiasi ini tersusun secara beraturan dan memperlihatkan spektrum yang sangat luas baik dalam hal tanaman inang, jenis cendawan maupun penyebarannya. Nahamara (1993) dalam Subiksa (2002) mengatakan bahwa mikoriza adalah suatu struktur yang khas yang mencerminkan adanya interaksi fungsional yang saling menguntungkan antara suatu tumbuhan tertentu dengan satu atau lebih galur mikobion dalam ruang dan waktu. Asosiasi simbiotik antara jamur dengan akar tanaman yang membentuk jalinan interaksi yang kompleks dikenal dengan mikoriza yang secara harfiah berarti “akar jamur” (Atmaja, 2001). Secara umum mikoriza di daerah tropika tergolong didalam dua tipe yaitu: Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA)/Endomikoriza dan Vesikular-Arbuskular Mikoriza (VAM)/Ektomikoriza. Jamur ini pada umumnya tergolong kedalam kelompok ascomycetes dan basidiomycetes (Pujianto, 2001).

Penggunaan cendawan mikoriza sebagai alat biologis dalam bidang pertanian dapat memperbaiki pertumbuhan, produktivitas dan kualitas tanaman tanpa menurunkan kualitas ekosistem tanah. Selain itu aplikasi cendawan mikoriza dapat membantu rehabilitasi lahan kritis dan meningkatkan produktivitas tanaman pertanian, perkebunan, kehutanan pada lahan-lahan marginal dan pakan ternak.( SINAR TANI, 2007)

Kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji juga cocok untuk perkecambahan spora mikoriza. Demikian pula kindisi edafik yang dapat mendorong pertumbuhan akar juga sesuai untuk perkembangan hifa. Jamu mikoriza mempenetrasi epidermis akar melalui tekanan mekanis dan aktivitas enzim, yang selanjutnya tumbuh menuju korteks. Pertumbuhan hifa secara eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari korteks melalui epidermis. 

Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus berlangsung sampai tidak memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Bagi jamur mikoriza, hifa eksternal berfungsi mendukung funsi reproduksi serta untuk transportasi karbon serta hara lainnya kedalam spora, selain fungsinya untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah untuk digunakan oleh tanaman (Pujianto, 2001).

Manfaat dari MVA dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu manfaat dalam ekosistem, manfaat bagi tanaman, dan manfaatnya bagi manusia. Manfaat mikoriza MVA dalam ekosistem sangat penting, yaitu berperan dalam siklus hara, memperbaiki struktur tanah dan menyalurkan karbohidrat dari akar tanaman ke organisme tanah yang lain. (Iwan Sali, 1996). Sedangkan manfaat bagi tanaman yaitu dapat meningkatkan penyerapan unsur hara, terutama P (Iwan Sasli, 1991), dimana MVA dapat mengeluarkan enzim fosfatase dan asam-asam organik, khususnya oksalatyang dapat membantu membebaskan P. 

MVA dapat membantu mengatasi masalah ketersediaan fosfat melalui dua cara, pengaruh langsung melalui jalinan hifa eksternal yang diproduksinya secara intensif sehingga tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air (Sieverding, 1991) dan pengaruh tidak langsung, dimana mikoriza dapat memodifikasi fisiologis akar sehingga dapat mengeksresikan asam-asam organik dan fosfatase asam ke dalam tanah (Iwan Sasli, 1992), dimana menurut Marschner dan Dell, (1994) dan Widiastuty lewat Smith dan Read, (1997) fosfatase asam merupakan suatu enzim yang dapat mamacu proises mineralisasi P Organik dengan mengkatalisis pelepasan P dari kompleks organik menjadi kompleks anorganik.
Lahan pantai di Indonesia terdapat dalam jumlah yang cukup luas. Di daerah Istimewa Yogyakarta, lahan pesir pantai meliputi sekitar 4 % dari lahan pertanian (arable land). Lahan ini dikenal sebagai lahan marginal dengan produktivitas yang sangat rendah. Kondisi lahan dicirikan oleh bahan penyusun tanah yang dominan (> 80 %) terdiri dari pasir sehingga ketersediaan air dan unsur hara tanaman sangat rendah. Ini berakibat hanya tanaman tertentu yang dapat tumbuh dengan kondisi yang merana. Oleh karena itu pemanfatan jamur mikoriza yang telah diketahui mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mening-katkan serapan hara akan sangat meningkatkan peluang tumbuh tanaman. ( Syamsul A Siradz, dkk. 2003).

Pasir pantai selatan ini terdiri atas berbagai komponen yang sebagian besar berukuran pasir dan debu. Bahan-bahan ini terutama berasal dari deposit pasir hasil kegiatan erupsi gunung Merapi yang berada di bagian utara. Deposit pasir ini diangkut dan diendapkan dengan berbagai kecepatan serta bercampur dengan berbagai bahan baik yang berasal dari daerah aliran sungai maupun yang berasal dari laut.

Bahan pasir ini dicirikan terutama oleh ukuran butir yang kasar, butir tungal yang lepas-lepas. Sifat-sifat ini menimbulkan karakteristik daya menahan air yang sangat rendah, kandungan hara terutama hara P tersediakan rendah sampai sangat rendah, dan kapasitas pertukaran kation yang sangat rendah. Sebagai konsekuensi dari karakteristik tanah yang demikian itu adalah tingkat kesuburan tanah dan taraf kehidupan biota tanah sangat rendah. Tanah biasanya gersang, tidak produktif sehingga sering juga disebut tanah marginal.

TATA CARA PENELITIAN

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Green House dan pengamatan akhir dilakukan dilaboratorium Fakultas Pertanian UMY pada tanggal 7 April-8 Mei 2010.

Alat dan Bahan
Bahan yang Digunakan
  • Bahan pembibitan, biji kacang hijau berasal dari Laboratorium Proteksi Tanaman dan Green House Fakultas Pertanian UMY, polybag ukuran 2 kg, pasir dari pantai bugel Kulon Progo. 
  • Bahan perlakuan yaitu inokulum Mikoriza yang berasal dari produksi Fakultas Pertanian UMY.
  • Bahan analisis berupa KOH 10%, KCl 1%, dan Acid Fushin.
Alat yang Digunakan
  • Pengamatan MVA memerlukan Timbangan elektrik, saringan ukuran 80 dan 38 µm, Gelas benda, Mikropipet, Mikroskop dan alat tulis.
  • Persiapan tanam menggunakan Cangkul, Sekop, Polybag, Gelas ukur 500 ml, dan Timbangan duduk.
  • Pengamatan Agronomis menggunakan Gunting, Oven, Penggaris, Jangka sorong, Timbangan, LAM dan alat tulis.
Metode
Penelitian ini disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktor Tunggal. Faktor tersebut adalah macam inokulum Mikoriza yang terdiri dari perlakuan yaitu sebagai berikut:
  • Inokulum Mikoriza UMY dengan penyiraman 3 hari sekali, 
  • Inokulum Mikoriza UMY dengan penyiraman 5 hari sekali, 
  • Tanpa Inokulum Mikoriza dengan penyiraman 3 hari sekali, 
  • Tanpa Inokulum Mikoriza dengan penyiraman 5 hari sekali.
Tata Laksana
Persiapan Media dan Tempat
Media pasir yang akan digunakan disiapkan, kemudian dimasukkan kedalam polybag yang sudah dilubangi bagian bawahnya dan sudah disiram hingga mencapai titik kejenuhan airnya. Kemudian diberikan mikoriza pada perlakuan yang menggunakan Mikoriza dan disertai pupuk dasar (N, P, K). Setelah itu diberi label pada setiap perlakuan dan diletakkan di Green House.

Persiapan Bibit Kacang Hijau
  • Bibit kacang hijau direndam didalam air sebagai seleksi bibit yang bagus untuk ditanam yaitu bibit kacang hijau yang tenggelam pada saat perendaman.
  • Bibit kacang hijau diambil dari perendaman dan siap untuk ditanam dalam polybag yang sudah disiapkan.
Pemeliharaan
  • Penyiraman dilakukan sesuai dengan perlakuan.
  • Penyiangan gulma dilakukan setiap ada tanaman lain yang tumbuh di polybag dengan cara manual.
  • Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual dengan cara mengambil hama yang ada pada bibit kacang hijau dan menghilangkan bagian tanaman yang terserang penyakit.
Variabel Pengamatan
Pengamatan Pertumbuhan
  • Tinggi tanaman (cm)
    Pengamatan dilakukan 6 hari sekali untuk setiap perlakuan dengan melakukan pengukuran dari pangkal batang sampai titik tumbuh dengan menggunakan penggaris yang dinyatakan dalam cm.
  • Jumlah daun (helai)
    Pengamatan pertambahan jumlah daun dilakukan setiap 6 hari sekali untuk setiap perlakuan tanaman sampel.
  • Berat segar (g)
    Pengamatan berat segar tanaman dilakukan pada minggu ke-4 dengan menimbang seluruh bagian organ tanaman dengan menggunakan timbangan analitik yang dinyatakan dalam satuan gram.
  • Luas daun (cm2)
    Pengamatan luas daun dilakukan pada minggu ke-4 dengan pegukuran menggunakan pola daun yang digambar pada kertas buram/koran yang dinyatakan dalam satuan cm2.
  • Berat kering (g)
    Pengamatan berat kering tanaman dilakukan pada minggu ke-4 dengan menimbang seluruh bagian organ tanaman setelah pengovenan hingga mencapai berat konstan dengan menggunakan timbangan analitik yang dinyatakan dalam gram.
Efektifitas CMA
  • Jumlah spora (satuan)
    Pengamatan jumlah spora dengan cara menggambil sebagian pasir dari salah satu polybag dan dimasukan dalam penyaring lalu disiram dengan air dan air yang berada dibawah saringan yang terakhir diambil untuk diamati dengan menggunakan mikroskop yang dinyatakan dalam jumlah satuan.
  • Presentasi Infeksi Mikoriza (%)
    Pengamatan presentasi Mikoriza dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
1) Diambil 10 sampel akar sesuai dengan perlakuan, kemudian dibersihkan menggunakan air dan ujung akar dipoitong dengan ukuran 0,5-1 cm.

2) Akar yang telah dipotong dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian diberi KHO 10% selama 24 jam.

3) Setelah 24 jam akar dicuci hingga bersih menggunakan aquades kemudian direndam kembali dengan menggunakan HCl 1% selama 1 jam, kemudian dibersihkan lagi dengan aquades hingga bersih.

4) Setelah dicuci hingga bersih potongan akar tersebut direndam dengan acid fushin selama 10 menit, kemudian potong akar tersebut dan letakkan berjajar didalam gelas benda sejumlah 10 buah potongan akar, kemudian diamati di dalam mikroskop dan dihitung presentase infeksi dengan menggunakan rumus:

Akar
  • Proliferasi akar
    Pengamatan dilakukan terhadap pertambahan percabangan akar tanaman melalui visualisasi.
  • Panjang akar (cm)
    Pengamatan panjang akar dilakukan pada minggu ke-4 dengan cara mengukur panjang akar dari pangkal akar sampai ujung akar terpanjang dengan menggunakan penggaris dan dinyatakan dalam cm.
  • Berat segar akar (g)
    Pengamatan berat segar akar dilakukan pada minggu ke-4 dengan menimbang seluruh bagian akar dengan menggunakan timbangan analitik dan dinyatakan dalam satuan gram.
Nodulasi
  • Jumlah nodul (satuan)
    Pengamatan jumlah nodulasi akar dilakukan dengan menghitung nodul dan dinyatakan dalam jumlah satuan. 
  • Nodul Efektif (%)
    Menghitung nodul efektif dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan nodul yang efektif dengan menggunakan dan dinyatakan dalam satuan %. Nodul aktif = x 100%
  • Diameter nodul (mm)
    Pengamatan diameter nodul dilakukan dengan mengukur diameter nodul akar dengan menggunakan jangka sorong dan dinyatakan dalam satuan mm.
  • Berat segar (g)
    Pengamatan berat segar nodul dilakukan pada minggu ke-4 dengan menimbang seluruh bagian nodul dengan menggunakan timbangan analitik dan dinyatakan dalam satuan gram.
Analisis Data
Setelah data hasil penelitian diperoleh lalu dilakukan pengujian dengan menggunakan analisis sidik ragam (Analisis of variance), apabila ada beda nyata antar perlakuan, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf kesalahan 5%.

HASIL & PEMBAHASAN



Akar
Mikoriza merupakan asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur. Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan manfaat yang sangat baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur tersebut tumbuh dan berkembang biak. Prinsip kerja dari mikoriza ini adalah menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang mengandung mikoriza tersebut akan mampu meningkatkan kapasitas dalam penyerapan unsur hara (Iskandar, 2002).

Mikoriza merupakan salah satu dari jenis jamur. Jamur merupakan suatu alat yang dapat memantapkan struktur tanah. Menurut Hakim, dkk (1986) faktor-faktor yang terlibat dalam pembentukan struktur adalah organisme, seperti benang-benang jamur yang dapat mengikat satu partikel tanah dan partikel lainnya. Selain akibat dari perpanjangan dari hifa-hifa eksternal pada jamur mikoriza, sekresi dari senyawa-senyawa pilysakarida, asam organik dan lendir yang di produksi juga oleh hifa-hifa eksternal, akan mampu mengikat butir-butir primer/agregat mikro tanah menjadi butir sekunder/agregat makro. 

Agen organik ini sangat penting dalm menstabilkan agregat mikro dan melalui kekuatan perekat dan pengikatan oleh asam-asam dan hifa tadi akan membentuk agregat makro yang mantap (Subiksa, 2002).Pembentukan struktur tanah yang baik merupakan modal bagi perbaikan sifat fisik tanah yang lain. Sifat-sifat fisik tanah yang diperbaiki akibat terbentuknya struktur tanah yang baik seperti perbaikan porositas tanah, perbaikan permeabilitas tanah serta perbaikan dari pada tata udara tanah.

Perbaikan dari struktur tanah juga akan berpengaruh langsung terhadap perkembangan akar tanaman. Pada lahan kering dengan makin baiknya perkembangan akar tanaman, akan lebih mempermudah tanaman untuk mendapatkan unsur hara dan air, karena memang pada lahan kering faktor pembatas utama dalam peningkatan produktivitasnya adalah unsur hara dan kekurangan air. Akibat lain dari kurangnya ketersediaan air pada lahan kering adalah kurang atau miskin bahan organik. 

Kemiskinan bahan organik akan akan memburukkan struktur tanah, lebih-labih pada tanah yang bertekstur kasar sehubungan dengan taraf pelapukan rendahKendala pokok pembudidayaan lahan kering ialah keterbatasan air, baik itu curah hujan maupun air aliran permukaan. Notohadinagoro (1997) mengatakan bahwa tingkat kekeringan pada lahan kering sampai batas tertentu dipengaruhi oleh daya tanah menyimpan air. 

Tingkat kekeringan berkurang atau masa tanpa kekurangan air (water stress) bertambah panjang apabila tanah mempunyai daya simpan air besar. Sebaliknya tingkat kekeringan meningkat, atau masa dengan dengan kekurangan air bertambah panjang apabila tanah mempunyai daya simpan air kecil. Lama waktu tanpa atau dengan sedikit kekurangan air menentukan masa musim pertumbuhan tanaman. Pada pengamatan yang dilakukan terhadap 4 perlakuan yang berbeda terhadap tanaman kacang hijau dihasilkan panjang akar yang berbeda antara perlakuan inokulum yang menggunakan mikoriza dengan penyiraman 3 dan 5 hari, dengan perlakuan tanpa inokulum mikoriza dengan penyiraman 3 dan 5 hari.yang tertera pada table hasil pengamatan akar diatas.

CMA
Arbuskula merupakan hifa bercabang halus yang dibentuk oleh percabangan dikotomi yang berulang-ulang sehingga menyerupai pohon dari dalam sel inang (Pattimahu, 2004). Arbuskul merupakan percabangan dari hifa masuk kedalam sel tanaman inang. Masuknya hara ini ke dalam sel tanaman inang diikuti oleh peningkatan sitoplasma, pembentukan organ baru, pembengkokan inti sel, peningkatan respirasi dan aktivitas enzim.Hifa intraseluler yang telah mencapai sel korteks yang lebih dalam letaknya akan menembus dinding sel dan membentuk sistem percabangan hifa yang kompleks, tampak seperti pohon kecil yang mempunyai cabang-cabang yang dibenamkan Arbuskul. Arbuskul berperan dua arah, yaitu antara simbion cendawan dan tanaman inang.

Vesikel merupakan struktur cendawan yang berasal dari pembengkalan hifa internal secara terminal dan interkalar, kebanyakan berbentuk bulat telur, dan berisi banyak senyawa lemak sehingga merupakan organ penyimpanan cadangan makanan dan pada kondisi tertentu dapat berperan sebagai spora atau alat untuk mempertahankan kehidupan cendawan. Tipe CMA vesikel memiliki fungsi yang paling menonjol dari tipe cendawan mikoriza lainnya. Hal ini dimungkinkan karena kemampuannya dalam berasosiasi dengan hampir 90 % jenis tanaman, sehingga dapat digunakan secara luas untuk meningkatkan probabilitas tanaman (Pattimahu, 2004).

Spora terbentuk pada ujung hifa eksternal. Spora ini dapat dibentuk secara tunggal, berkelompok atau di dalam sporokarp tergantung pada jenis cendawannya. 

Mirip dengan cendawan patogen, hifa cendawan CMA akan masuk ke dalam akar menembus atau melalui celah antar sel epidermis, kemudian apresorium akan tersebar baik inter maupun intraseluler di dalam korteks sepanjang akar. Kadang-kadang terbentuk pula jaringan hifa yang rumut di dalam sel-sel kortokal luar. Setelah proses-proses tersebut berlangsung barulah terbentuk Arbuskul,vesikel dan akhirnya spora (Mosse, 1981).

CMA beradaptasi secara edaphoclimatic serta dengan kondisi kultur teknis tanaman. CMA yang beradaftasi dengan baik tersebut merupakan fungi indigen yang terseleksi dari ekosistem pada tanaman tersebut. Selanjutnya fungi indigen yang terisolasi harus dievaluasi dalam kaitan respon inokulasi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman pada kondisi tanah yang berbeda. (Sagin Junior & Da Silva, 2006). Hal ini sejalan dengan penelitian lapangan yang dilakukan Lukiwati (2007) dan Sieverding (1991) bahwa keberhasilan inokulasi CMA tergantung kepada spesies CMA indegen serta potensi dari inokulan sendiri. Lebih jauh dikemukakan bahwa keefektifan populasi CMA indigen berhubungan dengan beberapa faktor seperti status hara tanah, tanaman inang, kepadatan propagula, serta kompetisi antara CMA dan mikroorganisme tanah lainnya.

Kepadatan CMA tidak dipengaruhi oleh jenis tanaman penutup tetapi dipengaruhi interaksi antara jenis tanaman penutup dengan interval kedalaman tanah. Kepadatan CMA tertinggi terdapat pada tanaman penutup herba (Chromolaena odorata dan Stoma malabathricum) dengan interval kedalaman 0 – 5 cm. Sedangkan kepadatan terendah terdapat pada tanaman penutup rumput dengan kedalaman 5-15 cm. Hal ini menunjukan bahwa kedalaman tanah merupakan faktor penting dalam identifikasi dan isolasi propagula CMA (Handayani et al., 2002).Tingkat kolonisasi akar merupakan prasyarat CMA pada tanaman inang. Tingkat kolonisasi di lapangan tergantung pada spesies tanaman inang, kondisi tanah serta spesies CMA indigen. Persentase kolonisasi juga tergantung kepada kepadatan akar tanaman. Lebih jauh dikatakan bahwa tingkat kolonisasi memberikan gambaran seberapa besar pengaruh luar terhadap hubungan akar dan CMA (Sieverding, 1991).

0 Komentar: