Lindungi dan Jangan Sakiti Air Kita



Air, air dan air. Air merupakan senyawa penting bagi semua bentuk kehidupan di permukaan bumi ini. Menurut lembaga survey Geologi Amerika Serikat total kandungan air di bumi hampir 326 juta kumik mil. Hampir 72% permukaan bumi di tutupi oleh air, tetapi 97% air tersebut asin, 2%nya beku, terkunci di kutub utara, kutub selatan dan glaciers sehingga tidak dapat dikonsumsi manusia.
Dengan demikian hanya tersedia 1% air tawar untuk memenuhi kebutuhan ekosistem di bumi dan kebutuhan semua manusia termasuk untuk kegiatan pertanian, industri, dan rumah tangga (WBCSD, 2005; Chiras, 2009). Hanya terdapat 6 negara (Brazil, Russia, Kanada, Indonesia, China dan Kolombia) yang memiliki 50% persediaan air minum dunia. Sementara sepertiga populasi dunia hidup di kawasan negara dengan tingkat persediaan air minum yang minim.

Pemenuhan air tawar dapat diperoleh dari air dalam tanah, air permukaan dan air dari hujan. Dari ketiga sumberair tawaar tadi yang paling banyak dimanfaatkan adalah air dari dalam tanah yang dikarenakan kualitas dari air tanah yang lebih baik dan sangat kecil terpengaruh dari pencemaran.

Air dan Kehidupan Manusia
Air mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, begitupun juga dengan tubuh manusia. Jumlah air yang terkandung dalam tubuh manusia tergantung pada usia dan beratnya. Pada bayi kandungan air mencapai 75%. Kandungan ini lebih tinggi di bandingkan orang dewasa. Persentase air berkurang pada orang tua sampai 50%. Kandungan air juga bervariasi bergantung komposisi tubuh. Otak (73%), paru-paru (83%), jantung (73%), hati (71%), dan ginjal (79%), semuanya mengadung jumlah air yang lebih tinggi dari tulang (31%).

Sebagian besar orang percaya bahwa manusia membutuhkan 8–10 gelas (sekitar dua liter) per hari [3]. namun hasil penelitian yang diterbitkan Universitas Pennsylvania pada tahun 2008 menunjukkan bahwa konsumsi sejumlah 8 gelas tersebut tidak terbukti banyak membantu dalam menyehatkan tubuh [4]. Minum air putih memang menyehatkan, tetapi kalau berlebihan dapat menyebabkan hiponatremia yaitu ketika natrium dalam darah menjadi terlalu encer.

Walaupun tubuh kita sebagian besar terdiri dari air, namun air tidak bisa tersimpan di dalam tubuh kita. Sehingga kita harus rutin mengkonsumsi air supaya tubuh kita tidak kekurangan cairan (dehidrasi). Muntah berlebihan atau diare yang berkepanjangan karena mengeluarkan cairan serta elektrolit dari dalam tubuh dapat membahayakan nyawa kita bila jumlah cairan yang keluar tidak segera diganti [6]. Menurut ilmu kesehatan setiap orang tanpa makan dapat hidup 2-3 minggu tetapi hanya dapat bertahan hidup 2-3 hari tanpa air minum.

Manusia tidak bisa dipisahkan dengan air karena dalam hidupnya manusia selalu membutuhkan air. Mulai pertanian, perkebunan, industri peternakan dan apapun yang ada di bumi. Semakin meningkatnya jumlah populasi manusia maka semakin meningkat pula kebutuhan akan air khususnya air bersih yang secara otomatis membuat ketersediaan air bersih menjadi berkurang. Penelitian PBB yang terbaru menyatakan bahwa jika kondisi ini terus berlangsung, maka pada tahun 2025 hampir setengah dari populasi orang sedunia akan mengalami kesulitan mendapatkan air, karena hanya ada 1% saja di bumi ini yang layak di konsumsi.

Air dan permasalahan di Indonesia
Kita ketahui semenjak berkembangnya Negara Indonesia dari Agraria menjadi Industri, membuat dampak negatif terhadap lingkungan sekitar seperti semakin sempitnya lahan pertanian juga membuat semakin buruknya kualitas air di lingkungan sekitar. Bagaimana tidak, limbah buangan industri di buang langsung ke aliran sungai tanpa pengolahan terlebih dulu, belum lagi industri berat atau kimia berbahaya yang dapat secara langsung mempengaruhi kualitas air bahkan membunuh biota di sekitar aliran sungai dan daerah yang dilalui sungai yang telah tercemar tersebut.

Seiring dengan semakin buruknya kualitas air bersih, otomatis akan berpengaruh bagi kehidupan manusia khususnya kesehatan. Berdasarnya sumber www.voice4nations.org menyatakan bahwa penyebab terbesar no.2 kematian bayi adalah karena diare, 4.100 Balita di bawah lima tahun meninggal dalam setiap hari karena tidak bersihnya kualitas air minum dan lebih dari 10 juta orang tidak mempunyai akses untuk minum air bersih.

Walaupun Indonesia merupakan Negara ke empat yang memiliki persediaan air terbesar di dunia, namun tidak membuat Indonesia memiliki persediaan air bersih yang melimpah. Ini dibuktikan masih banyaknya daerah-daerah yang masih kesulitan dalam tersedianya air bersih. Pengelolaan sumber daya air yang buruk juga berdampak pada tidak meratanya kesediaan air bersih di daerah-daerah. Hal ini juga berakibat terhadap konsumennya seperti rakyat miskin dan rakyat di pelosok yang jauh dari air bersih akan semakin tidak mampu dan membayar lebih untuk menikmati air bersih. Kondisi inilah menyebabkan mereka harus mengkonsumsi air yang tidak bersih.

Tidak hanya di daerah pelosok,di daerah perkotaan juga sering mengalami hal yang sama, disamping air permukaan sudah tidak dapat di konsumsi, pasokan air bersih dari PDAM yang sering tidak keluar atau berkurangnya pengiriman pasokan air bersih ke agen-agen penjual air bersih PDAM. Hal ini yang menyebabkan masyarakat harus mengeluarkan isi dompet lebih untuk mendapatkan air bersih.

Kondisi pengelolaan di Indonesia sangat komplek, khususnya ketika musim kemarau yang dapat menyebabkan kekeringan dan kekurangan air dan musim hujan berlebih yang dapat menyebabkan kebanjiran yang akhirnya juga akan mengalami kesulitan air bersih. Beragam faktor yang melatar belakangi permasalahan ini seperti kurang pedulinya masyarakat terhadap sungai sehingga tidak sedikit orang masih sering membuang sampah di sungai, pembuangan limbah berbahaya pabrik yang langsung ke sungai sehingga sulit untuk diolah kembali menjadi air bersih, masih seringnya penebangan liar di hutan yang menyebabkan kurangnya penyerapan air hujan sehingga ketika musim kemarau daerah tersebut akan kekurangan sedangkan jika musim hujan akan terjadi kebanjiran dan sifat ketidakpedulian golongan tertentu dengan menghamburkan-hamburkan air hanya untuk kesenangan semata tanpa memikirkan orang lain yang mengalami kesulitan air.

Sementara yang banyak menjadi solusi masyarakat sampai saat ini adalah penggunaan air tanah. Cuma sampai kapan air tanah dapat terus di konsumsi? Perlu diketahui bahwa pemakaian air tanah juga memiliki dampak negative seperti penurunan muka air tanah (terjadi di Jakarta, Bandung, Semarang, Pasuruan, Mojokerto dan DIY), intrusi air laut yaitu pergerakan air tanah asin dari laut kearah darat (terjadi di daerah pantai Jakarta, Medan, Semarang dan Denpasar) dan penurunan tanah akibat pengambilan air tanah berlebih (terjadi di Jakarta dan Semarang).

Sebagai masyarakat yang peduli lingkungan maka sebaiknya mengawali kepedulian terhadap air bersih di mulai dari yang kecil lebih dulu yaitu diri sendiri dengan CH8 (cara hemat 8) langkah :
  1. Gunakan air dengan optimal, pastikan kran dalam keadaan tertutup sempurna ketika tidak di pakai.
  2. Ketika menggosok gigi, cuci muka atau tangan jangan menggunakan air kran yang mengalir terus.
  3. Gunakan ember dan lap ketika mencuci kendaraan karena lebih hemat daripada menggunakan kran air.
  4. Gunakan bak/ember ketika mencuci pakaian dan cucilah pakaian ketika sudah banyak.
  5. Limbah air (bilas pakaian, bilas cuci piring) yang masih dapat dipakai gunakan untuk menyiram tanaman sehingga dapat menghemat air untuk menyiram tanaman.
  6. Mandi jangan terlalu lama dan jangan menggunakan bak mandi.
  7. Usahakan untuk membuat sumur resapan karena menampung air hujan sehingga musim kering tidak akan kekurangan air.
  8. Satu rumah tanamlah minimal 1 pohon sebagai resapan air ketika musim penghujan tiba.
Dengan kesadaran yang dimulai dari diri sendiri diharapkan dapat kita sebarkan ke orang lain, dan orang ini akan menyebarkan ke orang yang lainnya sehingga semua kalangan masyarakat akan memiliki kesadaran pribadi bahwa kebutuhan akan air bersih tidak dapat dipisahkan dari kehidupan makhluk hidup khususnya manusia itu sendiri.



*) Artikel Lindungi dan Jangan Sakiti Air Kita oleh sdr. Dedy Sigid Setiawan, pertama kali di terbitkan di Kompasiana. 

0 Komentar: