Budidaya Petsai (Brassica chinensis)


 

PENDAHULUAN

Tanaman petsai atau dikenal dengan kubis Cina berasal dari Tiongkok dan telah menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia. Tanaman petsai sering disebut pula sebagai sawi putih atau hakusai, dalam bahasa Inggris dikenal dengan Chinese cabbage. Tanaman petsai rasanya enak dan merupakan sumber vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Hampir semua orang senang mengkonsumsi tanaman petsai.

Petsai berbatang pendek hingga hampir tidak kelihatan. Daun bulat panjang, berbulu halus sampai tajam dan urat (tulang) daun utamanya lebar berwarna putih, rasanya lunak dan banyak mengandung air. Daun petsai yang baik adalah yang besar, gemuk dan berwarna putih, daun yang terlalu tua akan berwarna kuning dan banyak berserat.

 

JENIS-JENISNYA

Petsai terdiri dari dua jenis, yakni:

ü  Petsai biasa, jenis ini daun-daunnya kasar berkerut-kerut rapuh dan berbulu tajam sampai halus, kropnya panjang sampai bulat dan kompak, beberapa varietas yang dianjurkan seperti; Granat, naga, oka, waka dan sebagainya;

ü  Petsai pakchoi atau caisin, daunnya halus dan tidak berbuah, relatif ulet kuat, kropnya tidak kompak (tidak berkrop).

 

SYARAT TUMBUH

Ø  Dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi 100 s/d 1.500 m dpl;

Ø  Suhu udara yang optimal 15-21o C, pada suhu 15o‑ C tanaman dapat membentuk bunga;

Ø  Tanah gembur dan subur, pH tanah 5,5-7,5.

 



PEMBIBITAN

Tanaman petsai dapat ditanam langsung di kebun tetapi sebagian besar petani menanamnya dengan menggunakan persemaian, hal ini dimaksudkan untuk menghemat penggunaan benih serta menjaga keseragaman tanaman di lapangan. Penggunaan persemaian dilakukan dengan cara:

Ø  Persemaian menggunakan media tanah dan dicampur pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 2 : 1, sebaiknya media persemaian disterilkan sebelum digunakan dengan cara menyemprotkan fungisida atau menyiramnya dengan air panas;

Ø  Benih disemai pada persemaian yang telah siap dengan cara menyebar merata atau dengan cara garitan;

Ø  Satu minggu setelah disemai bibit dipindahkan ke koker yang telah disiapkan, kemudian setelah bibit berumur 3-4 minggu sudah dapat ditanam di kebun.

 

PENYIAPAN LAHAN

Ø  Lahan disiapkan 2 minggu sebelum tanam dengan pembersihan dan pengolahan tanah, pencangkulan sedalam 20-30 cm, akar-akar tanaman dan rerumputan dikeluarkan;

Ø  Dibuat bedeng dengan ukuran lebar 100 cm, tinggi bedengan 20 cm dan panjang bedeng disesuaikan dengan ukuran kebun. Antara bedeng dibuatkan saluran drainase dengan lebar 30 cm;

Ø  Pada saat pembuatan bedeng diberikan pupuk kandang atau kompos dengan dosis 15-20 ton/Ha atau 15-20 kg untuk bedeng seluas 10 m2.

 

PENANAMAN

Ø  Sebelum tanam diberikan pupuk Urea dengan dosis 200 gram untuk bedengan seluas 10 m2 dengan cara dihambur merata dan dicampur dengan tanah bedengan;

Ø  Bibit ditanam dengan jarak tanam 40 x 40 cm;

Ø  Bibit dipindahkan pada sore hari, pada saat iklim agak kering sebaiknya bibit diberikan naungan sementara dari pelepah pisang selama 3-4 hari.

 

PEMELIHARAAN

Ø  Pada awal penanaman, perlu penyiraman setiap hari bila tidak turun hujan;

Ø  Tanaman yang tidak tumbuh dapat segera disulam dengan bibit yang sudah disiapkan;

Ø  Setelah tanaman berumur 2 minggu dilakukan penyiangan dangkal untuk membersihkan rumput-rumputan dan menggemburkan permukaan tanah, sehingga tanaman dapat berkembang dengan baik;

Ø  Pemupukan susulan dapat diberikan pada saat penyiangan dengan dosis 100 gram Urea, 100 gram SP36 untuk bedengan seluas 10 m2, pemberian pupuk dengan cara garitan, atau dapat pula diberikan dengan cara tugal sekitar 3 gram campuran pupuk Urea dan SP36 atau tanaman sejauh 5 cm di samping tanaman.

 

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT

Beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman petsai dan cara pengendaliannya adalah:

Ø   Hama Ulat Daun Plutella maculipennis. Hama berupa ulat-ulat kecil berwarna hijau biasanya terdapat pada bagian bawah daun. Ulat ini memakan lapisan epidermis daun kecuali tulang daun. Pada serangan yang hebat dapat menurunkan produksi dari segi mutu dan jumlah sehingga merugikan petani. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida seperti Baysuril atau Diazinon yang dilakukan satu minggu sekali sesuai dosis anjuran;

Ø  Hamat Ulat Tanah Agrotisypilan. Hama ini menyerang tanaman yang muda di persemaian maupun di lapangan, biasanya menyerang pada malam hari dengan cara memotong batang dekat permukaan tanah. Pada siang hari larva bersembunyi di dalam tanah. Pemberantasan dapat dilakukan dengan cara menggunakan insektisida granular seperti Furadan dan Dharmafur dengan cara menyebarkan merata pada saat pembuatan bedengan dengan dosis sesuai anjuran.

Ø  Penyakit Busuk Daun. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Alternaria solani dengan gejala serangan berupa bercak berwarna kelabu kehitaman pada daun tua yang menyebabkan tanaman menjadi busuk. Pengendaliannya adalah dengan melakukan penyemprotan dengan menggunakan fungisida seperti Dithane M 45 sesuai dengan dosis anjuran;

 

PANEN

Tanaman sudah dapat dipanen setelah berumur 2 bulan. Pada jenis yang membentuk crop, dapat dipanen pada saat cropnya mulai mengeras. Bila terlambat panen, cropnya akan pecah dan menyebabkan pembusukan.

Pada tanaman yang berhasil dengan baik, produksi yang dihasilkan dalam satu hektar dapat mencapai 15 ton tanaman segar.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1989.            Gema Penyuluhan No. 38/NAEP/1989. Badan Diklat dan Penyuluhan Pertanian Deptan, Jakarta.

0 Komentar: